Namun, yang terjadi di lapangan, program-program swasembada daging sapi pun seolah jalan di tempat. Padahal, janji menurunkan harga daging sapi sudah diucapkan Jokowi sejak tahun 2015.
Baca juga: Sempat Bikin Geram Jokowi, Apa Kabar Progres Tol Cisumdawu?
Sementara itu, Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya Sarman Simanjorang mengatakan, ada sejumlah masalah yang membuat janji Jokowi beberapa tahun silam tersebut tak terealisasi hingga saat ini.
"Pertama, karena kebutuhan konsumsi daging sapi (rumah tangga) terus meningkat dari tahun ke tahun. Kedua, kebutuhan dunia industri olahan juga terus naik, seperti horeka (hotel, restoran, dan kafe) juga naik," terang Sarman.
"Nah, bahwasanya stok lokal selalu tidak mencukupi. Sekarang ada alternatif dari pemerintah berupa daging kerbau, tapi yang jadi pertanyaan kenapa daging kerbau juga ikutan mahal," kata dia lagi.
Menurut dia, ada ketidakseimbangan daging kerbau dari sisi suplai. Hal ini menyebabkan harga daging kerbau yang seharusnya dijual Rp 80.000 per kg malah saat ini dibanderol hampir mendekati harga daging sapi.
Baca juga: Daftar 17 Relawan Jokowi di Kursi Komisaris BUMN
Salah satu penyebabnya, kata Sarman, karena impor daging kerbau India dimonopoli perusahaan BUMN. Ia meminta pemerintah melibatkan swasta dalam importasi daging kerbau India agar harga di pasaran bisa bersaing.
"Solusi buat harga daging kerbau bisa murah yakni beri kebebasan siapa yang impor. Kasih peluang impor ke swasta. Jangan dimonopoli BUMN. Saya yakin swasta impor, bisa kasih harga daging kerbau di bawah Rp 80.000 per kg," ucap Sarman.
(Sumber: KOMPAS.com/Wihaya Kusuma (Kontributor Yogyakarta | Editor: Laksono Hari Wibowo)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.