Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur BI Optimistis Ekonomi RI Positif di Kuartal IV 2020

Kompas.com - 16/11/2020, 16:45 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Bank Indoneesia (BI) Perry Warjiyo meyakini, ekonomi Indonesia akan tumbuh positif pada kuartal IV 2020, setelah pada dua kuartal sebelumnya ekonomi terus terkontraksi.

Pada kuartal III 2020, ekonomi Indonesia minus 3,49 persen, meski demikian kontraksinya mengecil dari kuartal II 2020 yang tercatat minus 5,32 persen.

Kinerja ini pun membuat Indonesia mengalami resesi ekonomi.

"Kami meyakini perbaikan ekonomi Indonesia akan terus berlanjut. Pertumbuhan ekonomi akan positif di kuartal IV 2020," ujar Perry dalam West Java Investment Summit 2020 secara virtual, Senin (16/11/2020).

Baca juga: Hingga November 2020, Pemerintah Cairkan PMN Rp 16,95 Triliun

Perbaikan ekonomi nasional diyakini akan berlanjut hingga tahun mendatang, sehingga pertumbuhan bisa kembali ke kisaran 5 persen.

Dengan demikian, dalam lima tahun mendatang ekonomi Indonesia diperkirakan bisa tumbuh di kisaran 6 persen.

"Hal ini di dukung dengan perbaikan konsumsi, eskpor dan investasi," imbuh Perry.

Selain itu, lanjut Perry, upaya mendorong pertumbuhan ekonomi juga didukung dengan stabilitas sistem keuangan yang terjaga.

Menurut dia, nilai tukar rupiah saat ini dalam kondisi stabil, bahkan menguat.

Seiring dengan itu, inflasi pun tercatat rendah, dan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) menurun, serta sistem perbankan secara keseluruhan juga sehat.

"Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan terjaga," kata  Perry.

Menurut Perry, sinergi koordinasi kebijakan ekonomi nasional sangat kuat dan erat antara pemerintah, BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan berbagai instansi lembaga lainnya.

Pemerintah sendiri telah memberikan stimulus fiskal sebesar Rp 695,2 triliun yang menyebabkan defisit anggaran 6,34 persen di tahun 2020, guna untuk penanganan pemulihan ekonomi nasional (PEN).

Di sisi lain, Bank Sentral telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 1 persen, dari 5 persen di awal tahun menjadi 4 persen saat ini. BI juga telah melakukan injeksi likuiditas quantitative easing lebih dari Rp 670 triliun atau sekitar 4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

“Untuk memastikan likuiditas perbankan lebih dari cukup dalam mendorong dan mendukung PEN. Pelonggaran kebijakan makroprudensial juga terus ditempuh untuk mendorong penyaluran kredit dan pembiayaan bagi dunia usaha,” jelas Perry.

Baca juga: Kinerja Pasar Saham 2021 Diproyeksikan Positif, Dua Risiko Ini Perlu Dicermati Investor

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com