Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Percepat Pemulihan Ekonomi, BI Turunkan Suku Bunga Jadi 3,75 Persen

Kompas.com - 19/11/2020, 14:46 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) akhirnya kembali menurunkan suku bunga acuan BI 7 days (reserve) repo rate (BI-7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75 persen.

Penurunan ini terjadi usai BI mempertahankan suku bunga sebanyak 3 kali berturut-turut sejak Agustus lalu.

BI juga menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 3 persen dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 4,5 persen.

Baca juga: Presiden Jokowi Ajak Pengusaha Asia Pasifik Tanam Modal di Indonesia

Hal itu disetujui dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang berlangsung pada 18-19 November 2020.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, keputusan tersebut mempertimbangkan tingkat inflasi yang rendah dan stabilitas eksternal yang terjaga langkah lanjutan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

"BI berkomitmen mendukung 0enyediakan likuditas termasuk dukungan pada pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional," kata Perry dalam jumpa pers pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur bulan November, Kamis (19/11/2020).

Perry mengungkap, keputusan mempertimbangkan beberapa indikator yang membaik pada Oktober 2020, yakni membaiknya mobilitas masyarakat, penjualan makanan dan penjualan online, membaiknya PMI manufaktur, dan membaiknya pendapatan masyarakat.

Di sisi eksternal, neraca pembayaran Indonesia tetap baik.

Neraca pembayaran pada kuartal III 2020 mengalami surplus, diperkirakan didorong oleh perbaikan transaksi berjalan dan transaksi modal finansial.

Perkembangan positif pun berlanjut pada Oktober 2020 didukung oleh posisi neraca perdagangan yang mengalami surplus, di samping mulai masuknya aliran modal asing.

"Hingga 16 Oktober 2020, BI mencatat terjadi net inflows sebesar 3,68 miliar dollar AS," ungkap Perry.

Baca juga: Pekerja Disabilitas Alami Penurunan Pendapatan hingga 80 Persen Selama Pandemi

Beberapa indikator lainnya adalah posisi cadangan devisa yang tetap tinggi, yakni sebesar 133,7 miliar dollar AS pada akhir Oktober 2020.

Meski menurun dibanding posisi akhir September 2020 sebesar 135,2 miliar dollar AS, posisinya tetap tinggi.

Cadangan devisa masih setara dengan pembiayaan 9,7 bulan impor atau 9,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," jelas Perry.

Lalu, terjadi penguatan kurs rupiah terhadap dollar AS.

Pada 18 November 2020, kurs rupiah menguat 3,94 persen secara point to point (ptp) dibanding akhir Oktober 2020.

Perkembangan ini melanjutkan penguatan pada September 2020, sebesar 1,74 persen (ptp). Namun sepanjang 2020, rupiah terdepresiasi sebesar 1,33 persen (ytd) dibanding akhir tahun 2019.

Baca juga: Startup di 5 Sektor Ini Bisa Dapat Suntikan Modal Rp 710 Miliar dari Negara APEC

Selanjutnya, tingkat inflasi masih rendah sejalan dengan permintaan konsumsi masyarakat yang belum kuat.

IHK pada bulan Oktober 2020 tercatat sebesar 0,07 persen secara bulanan (mtm). Sehingga secara tahunan, inflasi tetap rendah sebesar 1,44 persen (yoy).

"BI memperkirakan inflasi akhir tahun 2020 lebih rendah dari batas bawah sasaran inflasi. Pada tahun 2021, inflasi akan kembali ke sasarannya 3 persen plus minus 1 persen," pungkas Perry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Whats New
OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com