Produk turunan ini pun mampu meningkatkan nilai jual jahe merah yang selama pandemi memang semakin banyak dicari.
Menurut Rita, terbentuknya Bumdes di desanya membuka jalan bagi datangnya ragam bantuan maupun pendampingan dari pemerintah daerah setempat.
“Kami jadi mampu membuat kemasan yang menarik bagi produk Wedang Jahe Merah Mekarwangi, diajarkan strategi pemasaran secara online ke ritel modern,” sebutnya.
Dengan begitu, mereka tetap bisa memperoleh hasil penjualan yang baik. Bahkan, menurutnya, kondisi pandemi tidak mematahkan semangat pihaknya untuk tetap terus berkarya dan berjuang.
Dua contoh di atas pun selaras dengan upaya Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah memperluas peran koperasi guna menyerap produk UMKM dan menghubungkannya dengan perusahaan, baik BUMN maupun swasta.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Teten Masduki menyebut hal tersebut dengan meminjam istilah Presiden Joko Widodo, yaitu sebagai korporatisasi UMKM.
“Kami coba memulai di sektor pangan, di mana pemerintah mendorong para petani, peternak maupun nelayan untuk membentuk kelompok, mengelola lahan dengan skala ekonomi yang memadai, dengan pengonsolidasian menggunakan kelembagaan koperasi,” tuturnya.
Dia berharap, para petani akan mampu mengolah hasil pertaniannya sehingga memiliki nilai tambah, dapat terhubung ke pasar melalui koperasi, sementara off taker-nya dapat berasal dari swasta maupun pemerintah.
Baca juga: Menkop Teten Minta Transformasi Digital Koperasi Harus Dipercepat
Sementara itu, Pendiri akselerator UMKM GK Hebat, Kaesang Pangarep menduga rendahnya angka kewirausahaan di Indonesia karena sulitnya akses pendanaan.
Berdasarkan pengalamannya, dia menyarankan para calon pengusaha muda untuk mau mengeksplorasi setiap bidang maupun celah bisnis yang ada.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.