Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Meramu Model Pembelajaran Kewirausahaan yang Ideal

Kompas.com - 24/11/2020, 11:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kolaborasi ini menyadarkan bahwa kewirausahaan yang sukses diawali dari tim yang solid.

Wirausaha yang handal bukan karena ia menguasai segalanya, tetapi karena ia pandai memadukan berbagai sumber daya yang ada sehingga menghasilkan bisnis yang bernilai tambah.

Baca juga: Menteri Teten: Wirausaha Merupakan Pilihan Tepat!

Proses pembelajaran

Seperti telah menjadi kesepakatan tidak tertulis, hampir semua pendidikan kewirausahaan di seluruh dunia menitikberatkan pada pentingnya penyusunan rencana bisnis (business plan).

Bahkan di tingkat sekolah menengah atas, beberapa sekolah menugaskan siswanya untuk menyusun rencana bisnis lalu mengimplementasikan ke dalam sebuah simulasi bisnis.

Sesungguhnya pembelajaran kewirausahaan diawali dengan penemuan diri (self discovery) karena wirausaha sukses berawal dari minat dan passion yang sesuai.

Seseorang yang berwirausaha sesuai dengan passion-nya, akan terus berjuang keras untuk mencapai kesuksesan tanpa kenal lelah. Seolah tanpa kehabisan energi karena bekerja sepenuh hati. Maka, mengenali passion diri yang sesuai akan menjadi awal yang baik untuk berwirausaha.

Pada langkah selanjutnya, identifikasi peluang yang berbasis pada problem yang dihadapi oleh masyarakat atau konsumen, kemudian mencoba untuk mencari solusi dengan produk yang ditawarkan adalah bagian yang sangat esensial ketika mempelajari kewirausahaan.

Proses identifikasi peluang, mencari solusi atas problem yang dihadapi dan merancang produk sebagai solusi, menjadi rangkaian yang tidak terputus.

Percobaan-percobaan untuk memastikan bahwa produk yang ditawarkan efektif sebagai solusi atas problem (problem-solution fit) terus dilakukan, hingga diperoleh produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen (product-market fit).

Proses berikutnya adalah merancang saluran pemasaran untuk menjangkau konsumen, mulai menghitung sumber penerimaan kas, dan struktur biaya.

Ini mematahkan anggapan bahwa kewirausahaan bergantung pada sisi finansial, karena justru awal proses kewirausahaan adalah identifikasi peluang bukan modal usaha.

Selain itu wirausaha juga didorong untuk menentukan key metrics, yaitu matriks untuk mengukur aktivitas kunci usaha yang dilakukan sehingga bisa mengetahui kinerja bisnis, apakah memenuhi sasaran yang ingin dicapai.

Usaha yang dijalankan juga diarahkan untuk memiliki perbedaan (diferensiasi) yang tidak bisa atau sulit ditiru oleh kompetitor.

Pembelajaran seperti yang telah diuraikan merupakan proses yang berbasis pada lean canvas (Ries, 2011 , Mauriya, 2012) yang memudahkan pemula untuk merintis usaha.

Model bisnis dulu, bukan rencana bisnis

Proses pembelajaran kewirausahaan yang berbasis penyusunan model bisnis diyakini lebih sesuai bagi pemula yang sedang merintis usaha dari nol daripada menyusun rencana bisnis.

Tak dapat dimungkiri hal ini masih menjadi perdebatan panjang di antara kalangan akademisi dan praktisi.

Menengahi hal ini DeNoble dan Zoller (2017) mengemukakan sepuluh alasan mengapa penyusunan model bisnis lebih sesuai bagi siswa/mahasiswa ketika belajar kewirausahaan dan bagi mereka yang sedang merintis bisnis.

Alasan tersebut adalah, pertama, menyusun rencana bisnis membutuh waktu yang panjang daripada pengembangan ide bisnis itu sendiri.

Justru yang lebih dibutuhkan adalah pengembangan ide dengan serangkaian percobaan hingga ditemukan ide yang sesuai untuk dijalankan, seperti yang telah disebutkan sebelumnya: problem-solution fit dan product-market fit.

Kedua, dengan menyusun rencana bisnis pada usaha di tahap awal, akan banyak asumsi dan pengetahuan yang tidak memadai, karena siswa/mahasiswa belum memiliki cukup pengalaman mengenai dunia bisnis yang akan dijalani.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com