Ketiga, proyeksi keuangan yang biasanya terdapat di dalam rencana bisnis, ditulis dengan kecenderungan overestimated karena tidak memahami proses penjualan, dampak siklus penjualan dan dukungan setelah penjualan kepada konsumen.
Keempat, proyeksi rencana bisnis yang yang biasanya lima tahun tidak membuat investor percaya karena pasar dan lingkungan cepat berubah.
Kelima, sebagian besar rencana bisnis usang segera setelah ditulis. Pasar begitu dinamis dan wirausaha harus cepat beradaptasi terhadap perubahan karakteristik pasar.
Keenam, rencana bisnis dapat menimbulkan peningkatan komitmen terhadap tindakan yang berpotensi gagal, yang akhirnya akan menjadi sia-sia, membuang waktu dan energi. Ketika rencana bisnis disusun, segenap sumber daya diinvestasikan untuk keputusan yang diambil, yang tercermin di dalam rencana bisnis. Ketika lingkungan berubah, akan sulit bagi wirausaha untuk menerima dan akhirnya lamban untuk beradaptasi.
Ketujuh, rencana bisnis tidak dapat membantu wirausaha dalam memahami pengalaman konsumen. Percobaan-percobaan tidak dilakukan secara intens karena fokus pada penyusunan dokumen rencana bisnis.
Kedelapan, rencana bisnis yang bagus bukanlah indikasi mengenai potensi masa depan wirausaha.
Hal ini bisa terjadi karena mempercayakan penulisan rencana bisnis kepada pihak yang dianggap "ahli".
Penyusunan rencana bisnis kepada profesional dianggap sebagai jalan untuk menarik investor potensial dan mitra strategis.
Kesembilan, kebanyakan mahasiswa/siswa dalam program kewirausahaan tidak siap menyusun rencana bisnis yang layak.
Baca juga: Kiprah Wirausaha Desa Mereguk Manisnya Pasar Wisata
Pada akhirnya rencana bisnis menjadi serangkaian cerita tentang bisnis yang belum tentu bisa diwujudkan.
Kesepuluh, penyusunan rencana bisnis menekankan mahasiswa/siswa pada apa yang akan mereka lakukan daripada apa yang mereka pelajari
Padahal belum banyak pengalaman yang diperoleh daripada yang telah dipelajari mengenai bagaimana mendirikan dan menjalankan suatu usaha.
Sekalipun demikian, DeNoble dan Zoller (2017) menegaskan bahwa penyusunan rencana bisnis tetap diperlukan ketika bisnis telah mulai berjalan (running) dan memerlukan rencana yang lebih detail untuk pengembangan.
Berbagai ramuan model pembelajaran kewirausahaan yang dikembangkan sejumlah akademisi dan praktisi, memang masih sangat mungkin diperdebatkan.
Setidaknya model yang dikembangkan semakin mendekati ideal untuk melahirkan banyak wirausaha unggul dari jenjang pendidikan tinggi dan menengah. Harapan yang sungguh masuk akal.
Frangky Selamat
Dosen Tetap Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tarumanagara, Jakarta
Fianny Andrea
Mahasiswa Program Studi Sarjana Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tarumanagara, Jakarta