Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jual Cicin Buat Modal, Caca Kini Raup Omzet hingg Rp 50 Juta dari Bisnis Anyaman Purun

Kompas.com - 27/11/2020, 10:39 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

KOMPAS.com –  Mujilah Rahmah sempat merasa iri dengan teman-teman sebayanya di kala kuliah. Karena saat teman-temannya tidak memusingkan biaya kuliah, dia harus membanting tulang untuk membiayai uang kuliah.

Pada waktu senggang ia dan kakaknya Sri Munalisa (24) mulai merintis usaha anyaman purun.

Hal itu pun menjadi pijakan gadis berusia 23 tahun ini untuk masuk ke dunia usaha. Caca, demikian dia biasa disapa, kini menjadi pengusaha anyaman purun dengan omzet yang lumayan.

“Waktu itu saya iri dengan dengan kehidupan teman-teman saya yang biaya kuliahnya 100 persen dibayarin orang tua mereka, sedangkan saya harus bayar sendiri karena saya sudah bekerja, jujur saya ingin uang hasil kerja saya itu di tabung. Tapi ya sudahlah, memang jalan hidup saya seperti ini,” cerita Caca kepada Kompas.com, Kamis (26/11/2020).

Baca juga: Kisah Ibu Rumah Tangga Jualan Alpukat, Raih Omzet hingga Ratusan Juta Rupiah

Menganyam purun (sejenis rumput) merupakan keahlian yang diperoleh secara turun temurun dari kedua orang tuanya sejak usia 15 tahun.

Pada 2017, Caca mulai percaya diri untuk memulai penjualan anyaman purun secara online. Di situlah awal mula Kerajinan_Purunik mulai dikenal.

“Orang tua memang perajin anyaman purun, kami bisa sekitar umur 15 tahunan. Kalau belajar secara khusus tidak ada, tapi kami sering membantu orang tua menganyam jadi bisa karena biasa,” ujar gadis kelahiran 1997 ini.

Namun demikian, merintis usaha tentunya tidaklah semudah membalikkan tangan. Jatuh bangun dalam sebuah bisnis adalah hal yang biasa. Demikian juga yang dialami oleh Caca.

Dengan modal Rp 1,5 juta yang diperoleh dari menjual cincin emas dan pinjaman, Caca memulai usaha Kerajinan_Purunik dengan menjual kerajinan tangan di tempat ia bekerja.

Respons teman sepekerjaan Caca juga cukup baik, hingga ia bisa menerima banyak orderan kerajinan purun.

“Semenjak saya jualan, sering begadang malam ngerjain orderan dan paginya bawa banyak barang di depan dan belakang motor saya ke tempat kerja. Awalnya sih malu tapi lama kelamaan sudah biasa. Saya sering pulang hampir Magrib karena habis pulang kerja langsung antar orderan,” kata Caca.

Dia mengaku sempat mengalami berbagai macam hal yang umum terjadi saat mengantar orderan.

“Pengalaman ngantar orderan itu gampang-gampang susah, terkadang sering muter-muter gang, kepanasan, kehujanan dan harus berteduh karena takut orderan kebasahan. Salah rumah juga pernah, mogok juga pernah di tabrak orang juga pernah, dan yang paling parah pernah nyasar ke kuburan,” jelas Caca.

Namun demikian, tidak ada usaha yang menghianati hasil, demikian juga dengan usaha Caca yang begitu kerasnya untuk menjadi pengusaha sukses. Bahkan di kala pandemi Covid-19, dengan banyak usaha yang terpukul, Caca mengaku usahanya justru meningkat.

“Omzet sekarang Rp 50 juta per bulan. Sebelum pandemi Rp 15 juta per bulan, dan di awal pandemi pada Maret, sempat turun 50 persen menjadi Rp 7 juta. Pas bulan April, mulai naik berkali-kali lipat sampai saat ini,” kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com