Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KKP Bantu Permodalan Pembudi Daya Rumput Laut di Sulsel

Kompas.com - 28/11/2020, 13:32 WIB
Akhdi Martin Pratama,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLU LPMUKP), meluncurkan program pembiayaan Sistem Resi Gudang (SRG) rumput laut di Makassar, Sulawesi Selatan.

Sistem ini diluncurkan untuk mendorong pengelolaan hasil produk kelautan dan perikanan.

Direktur LPMUKP Syarif Syahrial mengatakan, SRG di Makassar merupakan awal pelaksanaan program pemberdayaan nelayan, juga pembudi daya rumput laut, yang dirancang bersama Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Kemendag), Direktorat Jenderal (Ditjen) Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, dan PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI).

Baca juga: Kemenkeu Beri Pinjaman Rp 650 Miliar ke Perumnas untuk Penyediaan Satu Juta Rumah

“SRG sangat penting untuk memberikan kepastian harga, karena pembudi daya rumput laut, termasuk nelayan, dihadapkan dengan turunnya harga ketika produksi melimpah. Diharapkan dengan sistem ini, nelayan tidak perlu khawatir lagi terhadap ancaman penurunan harga saat panen,” ujar Syarif dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (28/11/2020).

Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar di dunia, dengan menyumbang lebih dari sepertiga produksi global.

Terdapat 550 jenis rumput laut dunia yang tumbuh di perairan Indonesia, salah satunya eucheuma cottoni.

Rumput laut yang lebih dikenal sebagai alga merah itu memiliki nilai ekonomi tinggi dan Indonesia menguasai 80 persen suplai dunia.

Tiongkok menjadi negara tujuan utama ekspor alga merah Indonesia.

Namun, potensi besar itu menyisakan persoalan yang dihadapi oleh pembudi dayanya.

Baca juga: Pulihkan Ekonomi, Mendag Dorong Penguatan Kerja Sama Indonesia-Malaysia-Thailand

Syarif mengatakan, pengusaha budi daya rumput laut harus menghadapi ketidakpastian harga ketika musim panen tiba.

Suplai melimpah membuat harga rumput laut jatuh dan mereka terpaksa menjualnya dengan harga murah.

Pada musim panen berikutnya, ketika harga naik, pembudi daya rumput laut tidak bisa menikmatinya, karena mereka tidak punya cukup modal untuk melakukan budi daya.

Sementara itu, akses permodalan menjadi terbatas, karena banyak lembaga keuangan yang tidak tertarik dengan jaminan stok rumput laut yang banyak dimiliki pembudi daya.

“Dengan Sistem Resi Gudang, pinjaman bisa mencapai 70 persen dari nilai barang yang tercantum. Hal ini tentu merupakan angin segar untuk koperasi maupun pelaku UMKM sektor kelautan dan perikanan. LPMUKP pun akan terus berupaya untuk memberikan strategi dan alternatif bagi pelaku usaha UMKM kelautan dan perikanan agar semakin mudah dalam mengakses peminjaman modal,” kata Syarif.

Baca juga: Jadi Polemik di RI, Berapa Harga Lobster di Pasar Dunia?

Melalui SRG, LPMUKP memberikan dua bantuan sekaligus untuk pembudidaya rumput laut, yaitu modal dan akses pasar. Saat harga turun, pembudi daya bisa menyimpan hasil panen di gudang Kospermindo.

LPMUKP akan memberikan pinjaman modal senilai 70 persen dari nilai stok yang dijaminkan di gudang.

Untuk pinjaman itu dikenakan bunga rendah, yaitu 3 persen per tahun.

Ketika harga naik, pembudi daya bisa menjual stok mereka di pasar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com