Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemulihan Ekonomi Tahun Depan, Ini Dua Fokus Strategi Mendag

Kompas.com - 30/11/2020, 09:06 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyatakan, akan fokus menjaga konsumsi dan pasar di dalam negeri dengan mengutamakan produk buatan lokal, serta meningkatkan keterlibatan Indonesia dalam rantai pasok global.

Hal tersebut merupakan bagian dari strategi yang telah disusun Kemendag dalam upaya mendorong pemulihan ekonomi di tahun mendatang.

Menurut Agus, penghujung tahun 2020 menjadi momentum tepat untuk Indonesia belajar dan bersama-sama menyusun strategi perdagangan yang lebih baik di tahun mendatang.

Baca juga: 5 Strategi Mengatur Keuangan Hadapi Tantangan Ekonomi di Masa Pandemi

"Sebagai negara besar, maka menjaga konsumsi dan pasar di dalam negeri adalah salah satu langkah tepat mendukung pemulihan ekonomi Indonesia. Di sisi lain, keterbukaan dan keterlibatan Indonesia dalam rantai pasok global juga menjadi keharusan," ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (30/11/2020).

Ia menjelaskan, menjaga pasar utama dan terus membuka akses pasar baru di negara-negara nontradisional adalah langkah yang akan terus dilakukan agar produk-produk Indonesia semakin berdaya saing dan mendunia.

Beberapa hal tersebut penting dilakukan agar Indonesia siap berpacu dalam perdagangan dunia terutama dalam menghadapi ketidakpastian yang diakibatkan pandemi Covid-19.

Sebagai implikasi dari kondisi pandemi tersebut, perdagangan dunia juga mengalami perlambatan. IMF mengungkapkan, perdagangan dunia pada 2020 diperkirakan terkontraksi 10,4 persen.

Namun, pada 2021, perdagangan dunia diperkirakan akan lebih baik dan tumbuh 8,3 persen dengan kontribusi terbesar dari negara-negara berkembang.

Untuk itu kata Agus, situasi normal baru saat ini merupakan proses transisi yang menuntut semua negara cepat beradaptasi dan berinovasi. Pandemi telah mengubah berbagai tatanan, termasuk perdagangan dunia dan bisnis, mulai dari sistem produksi, komoditas unggulan, hingga sistem logistik.

“Kita harus dapat mengubah momentum krisis ini menjadi lompatan kesempatan dan kemajuan. Untuk itu, Kemendag telah melakukan pemetaan tantangan dan peluang di sektor perdagangan selama dan pascapandemi Covid-19,” jelasnya.

Tantangan perdagangan yang saat ini dihadapi antara lain terkait perubahan perilaku konsumen dan pola perdagangan global, proteksionisme perdagangan dan meningkatnya hambatan perdagangan, kerja sama perdagangan antaranegara, serta potensi defisit neraca perdagangan dan resesi ekonomi.

Sedangkan, peluang perdagangan yang harus segera dimanfaatkan adalah pertumbuhan nilai perdagangan produk potensial baru, relokasi pusat-pusat industri dan investasi global, transformasi digital dan perkembangan teknologi informasi yang kian masif, serta pemanfaatan potensi pasar di kawasan potensial.

“Dengan melihat berbagai tantangan dan peluang, Kemendag telah dan akan terus melakukan berbagai langkah strategis dan evaluasi secara berkala untuk mendukung program pemulihan ekonomi nasional,” kata Agus.

Ia memaparkan, beberapa respons kebijakan strategis Kemendag yang telah dilakukan antara lain realokasi dan refocusing anggaran, termasuk program bantuan untuk pasar rakyat dan UMKM, stabilisasi harga dan jaminan stok barang kebutuhan pokok, hingga pembukaan fasilitas perdagangan secara bertahap di era adaptasi kebiasaan baru.

Secara khusus terkait upaya peningkatan ekspor nonmigas, Kemendag juga telah menyusun strategi jangka pendek dan jangka menengah.

Strategi jangka pendek berorientasi pada pendekatan produk dan pendekatan pasar, sedangkan strategi jangka menengah dilakukan melalui pemetaan produk Indonesia di negara akreditasi yang telah mempunyai kekuatan.

Selain itu, pemerintah pun terus mengupayakan kesepakatan perdagangan melalui perjanjian kerja sama perdagangan internasional. Sampai saat ini, Indonesia telah menyelesaikan 21 perundingan perdagangan, baik secara bilateral maupun multilateral dan regional.

"Termasuk RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) yang baru ditandatangani pada 15 November 2020 lalu," pungkas Agus.

Baca juga: Sri Mulyani: Perlu Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen agar Indonesia Jadi Negara Maju

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com