Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Pandemi, Kegiatan Bisnis di ASEAN Diproyeksi Mulai Pulih Kuartal II-2021

Kompas.com - 01/12/2020, 11:38 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Para pengusaha asing di Asia Tenggara memperkirakan bisnisnya baru akan mulai pulih pada kuartal II-2020 pasca tertekan pandemi Covid-19. Sebagian besar perusahaan terpukul akibat dampak ekonomi yang disebabkan pandemi.

Hal tersebut berdasarkan survei yang dilakukan oleh Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) bekerja sama dengan Kamar Dagang Amerika Serikat di Indonesia (AmCham).

Sebanyak 24 kamar dagang dan industri (kadin), serta organisasi bisnis yang mewakili perusahaan asing dilibatkan dalam survei ini. Selain itu, sebanyak 264 perusahaan yang beroperasi di ASEAN menjawab 26 pertanyaan tentang dampak Covid-19 pada operasi bisnis mereka.

Baca juga: Ingin Sukses Bisnis Online? Perhatikan Hal Ini

Tujuan survei ini untuk mengetahui bagaimana perusahaan asing di ASEAN menanggapi Covid-19 dan rencana apa yang akan mereka lakukan kedepannya.

"Survei ini akan menjadi suara pebisnis di seluruh ASEAN mengenai dampak pandemi pada operasi mereka, dan bagaimana mereka berencana untuk mengelola operasi serta investasi pada saat ini dan dalam waktu dekat," ujar Direktur Operasional ERIA Koji Hachiyama dalam konferensi pers secara virtual, Senin (30/11/2020).

Melalui survei itu tergambarkan bahwa hampir semua perusahaan mengalami dampak negatif akibat pandemi. Tercermin dari penurunan produksi, pendapatan, dan penjualan di semua negara Asia Tenggara di mana perusahaan beroperasi.

Sebanyak 75 persen perusahaan mengalami penurunan yang signifikan pada produksi, pendapatan, atau penjualannya. Anjloknya kinerja itu seiring dengan turunnya permintaan dan rantai pasok yang terganggu akibat pembatasan wilayah.

Sektor produk olahan dan daging menjadi yang paling terpukul, dengan 100 persen perusahaan di sektor ini melaporkan kerugian, baik dalam tingkat sedikit, sedang, maupun signifikan.

Tekanan tersebut juga turut dirasakan perusahaan sektor elektronik dan perawatan kesehatan (healthcare).

Namun perusahaan di sektor perdagangan dan logistik menjadi yang paling kecil merasakan dampak negatif. Bahkan, 28 persen peusahaan di sektor ini mengaku menikmati tren yang positif.

Adapun sejalan dengan kondisi penrusahaan yang sebagain besar tertekan pandemi, maka sebanyak 40 persen perusahaan menahan perekrutan pekerja, bahkan 27 persen telah mengurangi jumlah karyawannya.

Di sisi lain, pandemi juga memberikan tren global, di mana sebagian besar perusahaan kini menerapkan kebijakan bekerja dari rumah (WFH). Diperkirakan tren ini akan terus berlanjut pasca pandemi.

Perubahan-perubahan akibat pandemi diantisipasi oleh para pengusaha. Mereka memperkirakan kegiatan bisnisnya di ASEAN akan terus terganggu setidaknya hingga kuartal I-2021.

Barulah bisnis akan mulai stabil dan pulih dalam kondisi kenormalan baru di kuartal II-2020 atau setelahnya. Sebanyak 51 persen perusahaan berpendapat kondisi bisnisnya akan lebih baik dalam dua tahun.

Namun 42 persen perusahaan berpendapat kondisi bisnisnya akan tetap sama saja, bahkan 7 persen berpendapat akan lebih kondisinya jadi lebih buruk, dalam dua tahun mendatang.

Ekonom Senior ERIA Dionisius Narjoko mengatakan, seiring terjadinya pandemi tak bisa dipungkiri terjadi perkembangan teknologi yang pesat. Hal ini menjadi peluang untuk mendukung dan mendorong perbaikan berkelanjutan bagi perusahaan.

Namun kondisi perubahan rencana bisnis yang dilakukan para perusahaan tersebut perlu diantisipasi pemerintah. Kesiapan pemerintah setiap negara Asia Tenggara dalam memenuhi kebutuhan industri akan sumber daya manusia sangat dibutuhkan.

Pasalnya hal tersebut akan memastikan masuknya investasi langsung asing (FDI) ke negera tersebut, yang tentunya ini akan berdampak lebih optimal pada perekonomain negara tersebut.

"Teknologi dapat mendisrupsi tenaga kerja, dampak ini akan sangat terasa pada negara-negara berkembang. Pemerintah harus cepat merespons perubahan dengan investasi di sumber daya manusia, saya rasa ini adalah kunci untuk meningkatkan investasi," ujar Dionisius.

Baca juga: Biar Dapur Tetap Ngebul, Single Parent Bisa Coba Bisnis Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com