Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penerapan e-KYC Dinilai Bisa Bikin Industri Fintech Hemat

Kompas.com - 01/12/2020, 17:17 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penerapan electronic Know Your Customer (e-KYC) atau prinsip mengenal nasabah secara elektronik ternyata sangat berdampak pada pemangkasan biaya operasional sektor keuangan, baik fintech maupun perbankan.

Dengan penggunaan e-KYC dalam 10 tahun mendatang, industri fintech dinilai dapat berhemat sekitar 3,9 miliar dollar AS-4,4 miliar dollar AS atau setara Rp 57 triliun-Rp 61 triliun.

Begitu pula dengan sektor perbankan yang bisa berhemat 160 juta dollar AS-237 juta dollar AS, atau setara Rp 2,3 miliar-Rp 3,4 miliar dalam 10 tahun mendatang.

Hal tersebut bedasarkan studi yang dilakukan oleh Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) bersama MicroSave Consulting (MSC) Indonesia mengenai e-KYC.

Studi ini mengkaji praktik customer due diligence (CDD) yang ada di Indonesia dan tantangan yang dihadapi para pelaku industri dalam mengadopsi e-KYC. Studi juga menilai secara rinci biaya yang diperlukan dalam keseluruhan proses e-KYC, mencakup akuisisi, verifikasi, aktivasi, dan penyimpanan data pelanggan.

Baca juga: Kenaikan Kasus Covid-19 Dorong Rupiah Melemah

Country Director MSC Indonesia Grace Retnowati mengatakan, dalam transaksi digital pada industri keuangan seringkali dibutuhkan verifikasi data pengguna, di mana penyedia jasa keuangan harus mengeluarkan biaya untuk hal ini.

Namun dengan penerapan e-KYC maka ongkos dari sistem verifikasi data pengguna dapat di tekan, sehingga memberikan penghematan bagi penyedia jasa, atau secara umum bagi industri keuangan.

"Berdasarkan hasil studi adopsi e-KYC berkontribusi tidak hanya mengakselerasi inklusi keuangan, tetapi juga berpotensi menghemat setidaknya 3,9 dollar AS-4,4 miliar dollar AS (Rp 57 triliun-Rp 61 triliun) di sektor fintech dalam sepuluh tahun ke depan," ujar Grace dalam webinar e-KYC: Solusi Digital untuk Akselerasi Keuangan Inklusif, Selasa (1/12/2020).

Menurutnya, studi ini turut memberikan sejumlah rekomendasi bagi pemangku kebijakan, maupun penyedia jasa keuangan untuk dapat mengadvokasi penerapan e-KYC di Indonesia dengan memanfaatkan database ID Nasional.

Misalnya pentingnya akses secara real-time terhadap informasi biometrik dan database ID Nasional yang dapat bermanfaat meningkat efisiensi waktu dan biaya untuk proses onboarding pelanggan yang harus ditanggung oleh semua penyedia jasa.

Baca juga: Beberapa Revisi Aturan Bakal Dirilis OJK Terkait Pasar Modal, Apa Saja?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com