Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adik Prabowo Duga Ada Motif Politik dalam Kasus Korupsi Ekspor Benur

Kompas.com - 05/12/2020, 08:32 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Konglomerat sekaligus adik Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, memiliki dugaan kuat kalau polemik kasus korupsi ekspor benih lobster atau benur di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berkaitan dengan motif politik pihak tertentu. 

Pemilik kelompok bisnis Arsari Group ini mengeklaim sebagai pengusaha yang selalu patuh pada regulasi dan menghindari praktik-praktik bisnis curang.

Sosok Hashim sendiri beberapa kali dikaitkan dengan polemik ekspor benur lantaran perusahaannya, PT Bima Sakti Mutiara, jadi salah satu perusahaan yang mengajukan izin ekspor di KKP.

"Saya menduga ada motivasi politik tertentu, untuk menjatuhkan nama keluarga kami. Kami sudah lama berbisnis, tidak pernah kami curang apalagi korupsi, apalagi melanggar peraturan-peraturan yang berlaku," kata Hashim dikutip pada Sabtu (5/12/2020).

Baca juga: Disebut Hashim Kebijakan Lobsternya Keliru, Ini Respons Susi Pudjiastuti

Hashim menyebut kasus dugaan korupsi Edhy tersebut seringkali dikaitkan dengan namanya serta kakaknya, Prabowo Subianto. Kata dia, keluarganya maupun Prabowo Subianto tak memiliki kaitan dengan pengaturan izin ekspor benih lobster tersebut.

Berdampak pada putrinya di Pilkada

Lanjut dia, anaknya yakni Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, yang mencalonkan diri sebagai Wakil Wali Kota Tangerang Selatan dari Partai Gerindra, sangat merasakan dampak dikaitkannya kasus ekspor benur tersebut dengan keluarga Prabowo Subianto.

"Saya atas nama keluarga merasa sangat prihatin. Saya terus terang saja merasa dizalimi, saya merasa dihina, difitnah. Anak saya (Rahayu Saraswati) sangat merasakan," kata Hashim.

Dirinya menegaskan bisnisnya tidak memiliki hubungan dengan perusahaan kargo yang diduga memonopoli ekspor benih lobster, PT Aero Citra Kargo (PT ACK).

Baca juga: Adik Prabowo Sindir Susi: Menteri Lama Keliru, Masa Dilarang Ekspor

Pasalnya perusahaannya, PT Bima Sakti Mutiara, yang sempat mengajukan izin ekspor benih lobster pada Mei lalu belum pernah mengekspor benur. Sebab ada beberapa persyaratan yang belum dipenuhi perusahaan Hashim untuk mengekspor benur.

"Dan saya mau tegaskan, keluarga kami termasuk Pak Prabowo tidak ada kaitan dengan perusahaan itu (PT ACK)," kata Hashim.

Malahan, lanjut Hashim, pihaknya baru mengetahui ada monopoli kargo dalam bisnis ekspor benur saat eks-Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Bahwa ada perusahaan namanya ACK, saya baru tahu Kamis lalu ada perusahaan izin kargo (PT) ACK. Dan terus terang saja kami sangat dirugikan dengan eksistensi perusahaan itu dan pelaku-pelakunya," ungkap Hashim Djojohadikusumo.

Baca juga: Hashim Djojohadikusumo: Keluarga Kami Tidak Ada Kaitannya dengan PT ACK

Alasan Hashim masuk bisnis lobster

Hashim juga Hashim membeberkan alasan perusahaan miliknya masuk ke bisnis lobster di periode akhir tahun 1980-an.

"Saya sudah bergerak di bidang kelautan 34 tahun, 34 tahun, tahun 1986. Kami pertama kali ekspor mutiara tahun 1989. Kami sudah berurusan dengan yang namanya KKP beberapa dasawarsa," ucap Hashim.

Dengan kata lain, dia menegaskan, perusahaannya sudah berkecimpung di sektor kelautan dan perikanan jauh sebelum politikus Partai Gerindra Edhy Prabowo ditunjuk menjadi Menteri KP.

Halaman:
Sumber Kompas.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com