Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Peluang Menjadi Juragan Indekos

Kompas.com - 07/12/2020, 12:39 WIB
Elsa Catriana,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Persaingan antarpelaku bisnis properti kini semakin ketat dan sengit.

Misalnya saja seperti apartmen dan indekos yang sebenarnya memiliki fungsi yang sama.

Namun, dengan tawaran harga yang murah dan fasilitas yang memadai, membuat jumlah peminat indekos lebih banyak dibandingkan dengan apartemen.

Baca juga: Buka Jasa Cuci Sepatu di Kos-kosan, Raka Raup Laba Jutaan Rupiah

Co-founder dan CEO Mamikos, Maria Regina Anggit mengatakan bisnis indekos hingga saat ini masih menjanjikan.

Besarnya minat dan kebutuhan masyarakat terhadap hunian indekos sebagai tempat tinggal sementara, menjadikan potensi keuntungan dari bisnis ini semakin besar.

"Masih menjanjikan, karena tingkat kestabilannya terbukti dari tahun ke tahun masih ada dan jumlah peminatnya masih cukup tinggi. Nature-nya bisnis properti itu kan cenderung stabil, lain dibandingkan dengan industri lain," ujar Anggit saat dihubungi Kompas.com, Minggu (6/12/2020).

Menurut Anggit, salah satu pemicu stabilnya pasar kostan adalah karena jumlah perguruan tinggi atau kampus yang terus bertambah di Indonesia setiap tahun.

Dalam beberapa tahun belakangan, ada beberapa kampus yang baru didirikan di sejumlah kota di Indonesia.

Baca juga: Dari Usaha Beresin Kamar Kos, 2 Alumni UGM Ini Raup Omzet Rp 24 Juta

"Di Purwakarta itu ada kampus yang baru dibangun, Kalimantan juga ada yang baru dibangun. Jadi kalau kampus semakin banyak didirikan, kebutuhan untuk tempat tinggal sementara pun semakin tinggi," jelas Maria. 

Selain itu, bonus demografi Indonesia juga menjadi faktor pendukung, di mana hingga 2025, bonus demografi Indonesia akan menggembung di segmen produktif.

"Ini juga secara tidak langsung juga mendukung untuk pertumbuhan bisnis ini," ucap Anggit.

Anggit menambahkan dari sisi pendapatan, menjadi juragan indekos lebih menguntungkan daripada properti lain.

Bisnis retsoran, misalnya, harus memiliki lebih banyak waktu lagi untuk melakukan monitoring.

Belum lagi dari sisi harga untuk perawatannya juga tergolong cukup besar.

"Sedangkan kalau bisnis kosan itu enggak terlalu ribet dan biaya yang dibutuhkan besar. Biaya untuk membuat fasilitas kostan bisa diatur berdasarkan harga penyewaannya sendiri, apabila mau kostan yang fasilitas lengkap, dari segi harganya juga harus dinaikkan kan," ucap Anggit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG dan Rupiah Berakhir di Zona Hijau

IHSG dan Rupiah Berakhir di Zona Hijau

Whats New
Luhut Ungkap Tugas dari Jokowi Jadi Koordinator Investasi Apple di IKN

Luhut Ungkap Tugas dari Jokowi Jadi Koordinator Investasi Apple di IKN

Whats New
Bandara Sam Ratulangi Ditutup Sementara akibat Erupsi Gunung Ruang, 33 Penerbangan Terdampak

Bandara Sam Ratulangi Ditutup Sementara akibat Erupsi Gunung Ruang, 33 Penerbangan Terdampak

Whats New
Akankah Relaksasi HET Beras Premium Tetap Diperpanjang?

Akankah Relaksasi HET Beras Premium Tetap Diperpanjang?

Whats New
Proyek Perluasan Stasiun Tanah Abang Mulai Dibangun Mei 2024

Proyek Perluasan Stasiun Tanah Abang Mulai Dibangun Mei 2024

Whats New
Freeport Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda di Papua, Indef Sarankan Ini

Freeport Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda di Papua, Indef Sarankan Ini

Whats New
Obligasi atau Emas, Pilih Mana?

Obligasi atau Emas, Pilih Mana?

Work Smart
Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Whats New
KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

BrandzView
Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Whats New
Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Whats New
Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Whats New
HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

Whats New
Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Whats New
BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadhan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadhan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com