Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inalum Perkirakan Dapat Dividen Rp 2,8 Triliun dari Freeport di 2021

Kompas.com - 08/12/2020, 09:51 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Antara

JAKARTA, KOMPAS.com - Holding BUMN tambang MIND ID atau PT Inalum (Persero) memproyeksikan perusahaannya bakal memperoleh dividen sebesar 200 juta dolar AS atau sekitar Rp 2,8 triliun (kurs Rp 14.160) dari PT Freeport Indonesia (PTFI) pada 2021.

Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, mengatakan telah disepakati bahwa dalam dua tahun terakhir, PTFI tidak akan membagikan dividen sebagai konsekuensi penurunan laba bersih.

Kebijakan ini dilakukan akibat transisi dari penambangan terbuka (open pit) ke tambang bawah tanah (underground mining), yang membutuhkan investasi besar.

"Sesuai kesepakatan, 2019-2020 laba menurun drastis karena transisi open pit ke underground, sehingga disepakati tidak ada dividen dalam dua tahun ini. Tapi, diproyeksikan dividen yang akan diterima oleh MIND ID sebesar 200 juta dolar AS pada 2021 dan 500 juta dolar AS di 2022," kata Orias dilansir dari Antara, Selasa (8/12/2020).

Baca juga: Pembangunan Smelter Tertunda, Pemerintah Kirim Surat Teguran ke Freeport

Orias menjelaskan karena transisi penambangan itu, PTFI hanya berhasil membukukan laba bersih sebesar 166 juta dolar AS pada 2019 dan 366 juta dolar AS pada 2020.

Ia memproyeksikan laba bersih PTFI akan meningkat pada 2021 menjadi sebesar 870 juta dolar AS dan terus meningkat pada 2022 menjadi 1,5 miliar dolar AS.

"Setelah 2022, dengan net income (laba bersih) 2 miliar dolar AS di 2023, kami asumsikan porsi dividen yang diterima MIND ID sebesar 1 miliar dolar AS setiap tahun. Atas dasar ini kami datang ke investor dan menerbitkan obligasi karena kemampuan membayar Freeport ke depan mencukupi," kata dia.

MIND ID telah menerbitkan obligasi sebesar 4 miliar dolar AS pada November 2018 untuk membeli saham Freeport.

Baca juga: Alasan CEO Freeport McMoran Keberatan Bangun Smelter Baru di RI

Dari jumlah obligasi tersebut, 3,8 miliar dolar digunakan untuk membayar divestasi saham Freeport dan sisa 150 juta dolar AS digunakan untuk transaksi dan kontribusi belanja modal dalam pengembangan tambang bawah tanah PTFI pada 2019-2020.

Obligasi global MIND ID terdiri atas empat masa jatuh tempo dengan tingkat kupon berbeda-beda, yakni sebesar 1 miliar dolar AS dengan kupon 5,23 persen dan jatuh tempo pada 2021.

Kemudian sebesar 1,25 miliar dolar AS dengan kupon 5,71 persen dan jatuh tempo pada 2023, sebesar 1 miliar dolar AS dengan kupon 6,53 persen dan jatuh tempo pada 2028 dan sebesar 750 juta dolar AS dengan kupon 6,75 persen dan jatuh tempo pada 2048.

Menurut Orias, penerbitan obligasi lebih stabil untuk pembiayaan jangka panjang dibandingkan dengan pinjaman sindikasi perbankan asing.

Baca juga: Ternyata, Emas Bukan Hasil Tambang Utama Freeport

"Dengan (proyeksi dividen) 1 miliar dolar AS setiap tahun, pada 2025 atau 2026, 4 miliar dolar AS (obligasi) sudah tertutupi," jelas Orias.

Penjajakan dengan China

Freeport Indonesia juga mengakui tengah didekati oleh perusahaan asal China, Tsingshan Steel, yang ingin bermitra untuk membangun smelter tembaga di Halmahera. Kendati hingga saat ini belum ada kesepakatan apa pun antara kedua pihak.

"Di satu sisi memang benar bahwa kami di-approach (didekati) oleh Tsingshan yang berkeinginan juga untuk membangun smelter tembaga di Halmahera dan kami masih dalam tahap pembicaraan," kata Presiden Direktur PTFI Tony Wenas.

Baca juga: Bos Freeport Buka Suara soal Antam Garap Tambang Emas Bekas Kelolaannya

Menurut Tony, belum ada kesepakatan apapun antara PTFI dengan Tsingshan. Pembicaraan antara keduanya pun masih dalam tahap awal mencakup metode yang akan digunakan, kapasitas smelter, jadwal pembangunan hingga target operasional.

Pihaknya sangat terbuka dengan penawaran pembangunan smelter tembaga di Indonesia, terlebih jika bisa lebih murah dan lebih cepat dari rencana perusahaan.

"Pada dasarnya kami sangat terbuka bagi siapapun juga yang mau bangun smelter tembaga di Indonesia, apa bisa lebih murah dari kami atau lebih cepat dari kami, tentu saja kami terbuka untuk bermitra dengan mereka. Tapi memang masih dalam tahap pembicaraan dengan Tsingshan," ujar dia.

Di sisi lain, lanjut Tony, progres pembangunan smelter Freeport di Gresik, Jawa Timur, pun terus berlanjut. Pada pekan lalu pihaknya telah melakukan tes piling di 16 titik.

Baca juga: Perusahaan China Rayu Freeport Bangun Smelter di Halmahera

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com