Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip "Hijaunya" Bisnis Tanaman Hias yang Tembus Eropa hingga AS

Kompas.com - 08/12/2020, 13:49 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Aktivitas bertanam atau budi daya tanaman hias saat ini sedang menjadi tren di kalangan masyarakat.

Banyak yang memilih mengisi waktu luang di tengah pandemi dengan merawat tanaman hias.

Namun, tak sekadar hobi, ada pula yang menjadikan budi daya tanaman hias sebagai ladang bisnis.

Baca juga: Chatib Basri: Saat Pandemi, Orang Kaya Alihkan Belanja ke Sepeda hingga Tanaman Hias

Cuan yang didapatkan cukup menggiurkan, seiring dengan tingginya permintaan.

Salah satu yang menikmati keuntungan dari tingginya permintaan tanaman hias adalah Mas Ayu Febiryanti, penjual tanaman hias dengan akun instagram @floraayunusantara.

Penjualannya bahkan telah tembus ke pasar ekspor.

Ia memulai bisnis tanaman hias pada tahun 2018. Mulanya, ia menjalani aktivitas tersebut sebagai hobi.

Kala itu, dirinya mengunggah foto tanaman hias yang dimiliki pada media sosial Instagram.

Tak disangka, unggahan itu ternyata menarik banyak peminat, termasuk dari luar negeri.

"Tapi saat itu tanamannya masih bukan jenis yang sekarang banyak diincar, masih tanaman sejenis bromelia, yah jenis-jenis tanaman landscape," ungkap Ayu kepada Kompas.com, dikutip Selasa (8/12/2020).

Baca juga: Mentan Sebut Tanaman Janda Bolong Diminati di AS dan Eropa

Seiring berjalannya waktu, bisnis tanaman hias Ayu kian berkembang dengan seluruh permintaan datang dari luar negeri.

Utamanya dari Amerika Serikat (AS), Kanada, Eropa salah satunya Islandia, hingga Uni Emirat Arab (UEA), salah satunya Dubai.

Dia mengungkapkan, pada dasarnya seluruh jenis tanaman hias diminati oleh pembeli luar negeri, namun saat ini yang paling banyak dibeli adalah tanaman jenis philodendron, anthurium, dan monstera atau yang dikenal juga dengan nama tanaman janda bolong.

Menurut Ayu, umumnya harga ekspor tanaman hias yang cocok di pasar luar negeri yakni berkisar 25 dollar AS hingga 50 dollar AS per pot.

"Tapi kan, mereka enggak mungkin pesennya hanya satu-dua, selalu banyak, minimal 12 pot, jadi lumayan pendapatannya," ungkapnya.

Ayu mengatakan, rata-rata nilai penjualan tanaman hiasnya mencapai Rp 40 juta-Rp 50 juta per bulan.

Baca juga: Pengiriman Ikan dan Tanaman Hias Meningkat 100 Persen, TIKI Berikan Layanan Tambahan

Puncaknya, penjualan tertinggi terjadi pada Mei 2020 yang mencapai Rp 500 juta-Rp 600 juta per bulan.

"Namun setelah itu kembali menurun, sampai di angka yang stabil sekitar Rp 40 juta-Rp50 juta per bulan," kata dia. 

Tanaman hias jenis monstera atau janda bolong (kiri) dan jenis philodendron (kanan) yang dibudidayakan oleh Mas Ayu Febiryanti.Mas Ayu Febiryanti Tanaman hias jenis monstera atau janda bolong (kiri) dan jenis philodendron (kanan) yang dibudidayakan oleh Mas Ayu Febiryanti.

Permintaan Meningkat Pesat di Tengah Pandemi

Ayu mengakui, seiring dengan terjadinya pandemi Covid-19 di seluruh dunia, permintaan akan tanaman hias meningkat pesat.

Bahkan, melonjak hingga 10 kali lipat dari penjualan di masa normal atau sebelum pandemi.

Permintaan yang tinggi tak hanya datang dari konsumen di luar negeri, tapi juga dalam negeri.

Berkat itu, sejak bulan lalu Ayu pun mulai menjual tanamannya di pasar domestik.

Ia mengungkapkan, nilai penjualan tanaman hias di pasar dalam negeri mencapai Rp 70 juta hingga Rp 80 juta pada bulan lalu.

Baca juga: Penjual Tanaman Hias Beberkan Pemicu Meroketnya Janda Bolong

Menurut Ayu, pendapatannya dari hasil penjualan tanaman hias yang bermula dari hobi sangatlah lumayan.

Apalagi ia merupakan ibu rumah tangga yang punya waktu luang untuk berbisnis budi daya tanaman hias.

"Untuk ukuran saya yang ibu rumah tangga, itu sudah lumayan banget. Walaupun bersihnya enggak diterima segitu karena harus beli tanaman lagi, tapi ini tetap cukup menyenangkan karena bisa bekerja di rumah, tanpa ke mana-mana," ujar dia.

 Mas Ayu Febiryanti dengan sebagian tanaman hias yang dibudidayakannya.  Mas Ayu Febiryanti Mas Ayu Febiryanti dengan sebagian tanaman hias yang dibudidayakannya.

Tips Menembus Pasar Ekspor ala Ayu

Ayu mengatakan, banyak hal yang dipelajarinya untuk bisa menembus pasar ekspor.

Mulai dari mendapatkan konsumen, proses ekspor, hingga pengemasan tanaman hias yang tepat.

Ia mengungkapkan, semua pengetahuan tersebut didapatkan dengan banyak riset di internet serta bertanya ke orang yang sudah lebih berpengalaman.

"(Untuk bisa ke pasar ekspor) kita harus banyak membaca dan bertanya," kata Ayu.

Ayu menjelaskan, saat ini Kementerian Pertanian (Kementan) tengah menggalakkan program tiga kali ekspor yang bertujuan meningkatkan kinerja ekspor produk pertanian dalam negeri.

Baca juga: [POPULER DI KOMPASIANA] Harga Fantastis Tanaman Janda Bolong | Komnas PA dan Anjay | Kerennya Bemo di Flores

Dukungan ekspor ini tak hanya berlaku untuk produk bahan pokok, tapi juga tanaman hias.

Kesempatan ini yang menurut Ayu harus dimanfaatkan. Menurut pengalamannya, infromasi mengenai proses ekspor cukup mudah didapatkan dari pihak Kementan.

Informasi itu bahkan bisa ditemui di laman resmi Kementan.

Di sana, terdapat penjelasan mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan serta persyaratan yang perlu dipenuhi.

Salah satunya, seperti syarat Phytosanitary Certificate yang diterbitkan oleh Badan Karantina Kementan.

Sertifikat ini merupakan dokumen mutlak pada proses ekspor-impor apabila negara tujuan mempersyaratkan.

Baca juga: Kementan Usulkan Pembatasan Impor Jagung hingga Tepung Tapioka

"Untuk proses pengiriman itu perlu ada Phytosanitary Certificate yang dikeluarkan Badan Karantina, nah itu perlu tahu syaratnya apa saja yang harus dipenuhi, jadi memang harus banyak baca dan bertanya," kata Ayu.

Untukmpengemasan yang tepat untuk tanaman hias bisa sampai dengan aman ke tangan pembeli di luar negeri, Ayu mempelajarinya dari internet.

Ia mengaku, lebih banyak mencari informasi tersebut di video-video yang tersebar di platform Youtube.

Menurutnya, banyak orang yang sudah memberikan video mengenai sistem pengemasan yang baik.

"Karena banyak orang kan yang bikin video, bagaimana caranya bisa sampai dengan baik. Atau bisa dilihat dan dipelajari juga dari video unboxing packing yang dibuat orang luar negeri. Jadi itu dibahas semua di sana," saran Ayu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com