Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan di Balik Mahalnya Harga Tanaman Hias

Kompas.com - 10/12/2020, 12:40 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Budidaya tanaman hias menjadi tren di kalangan masyarakat saat ini. Rasanya pandemi Covid-19 membuat masyarakat lebih punya banyak waktu luang untuk melakukan hobinya, seperti merawat tanaman hias.

Tetapi siapa sangka bahwa tanaman hias bisa berharga fantastis, bahkan mencapai miliaran rupiah per pot. Ada beberapa alasan dibalik mahalnya harga tanaman hias.

Salah satu penjual tanaman hias yang sudah menembus pasar ekspor, Mas Ayu Febiryanti mengatakan, tingginya permintaan dan terbatasnya stok tanaman hias tertentu bisa membuat harganya melambung tinggi.

"Pertama pasti karena keterbatasan stok tanamanan hias tersebut," ujarnya kepada Kompas.com, dikutip Kamis (10/12/2020).

Baca juga: Mengintip Hijaunya Bisnis Tanaman Hias yang Tembus Eropa hingga AS

Alasan lainnya adalah kualitas dari tanaman hias itu sendiri. Menurut pemilik akun instagram @floraayunusantara itu, tampilan tanaman hias yang nampak lebih sehat dan warna yang lebih bagus, maka bisa membuat harganya dibanderol sangat tinggi.

Ia bilang, meski jenis tanamannya sama, tetapi secara tampilan bisa beda, mulai dari ukurannya, warnanya, hingga kesehatannya. Tak selalu hasil dari budidaya tanaman hias jenis tertentu akan menghasilkan tampilan yang sama.

"Jadi karena tampilannya, saya bisa saja jual lebih mahal, daripada seller lainnya. Mungkin nama tanamannya sama, tapi ukuran, warna, dan kesehatan bisa beda, itu yang menentukan harganya bisa lebih mahal dan tetap diterima oleh pasar," jelas Ayu.

Dia mencontohkan, seperti tanaman hias monstera yang saat ini paling dicari konsumen, memiliki beragam jenis sehingga harganya pun bisa berbeda-beda dan terbilang mahal.

Di antaranya, ada monstera deliciosa, monstera adansonii, monstera borsigiana, monstera obliqua, monstera variegata, monstera dubia, hingga monstera siltepecana.

Namun utamanya, yang paling banyak diminati saat ini adalah jenis variegata, seperti monstera deliciosa variegata dan monstera adansonii variegata.

Adapun variegata merupakan bagian dari suatu tanaman yang memiliki perbedaan warna dengan warna aslinya. Artinya, tanaman itu memiliki bagian yang belang atau bercak warna yang berbeda dengan warna aslinya.

Baca juga: Mentan Sebut Tanaman Janda Bolong Diminati di AS dan Eropa

Mas Ayu Febiryanti salah satu penjual tanaman hias yang berhasil menembus pasar ekspor. Mas Ayu Febiryanti Mas Ayu Febiryanti salah satu penjual tanaman hias yang berhasil menembus pasar ekspor.
Selain itu, yang paling diminati pula adalah jenis monstera obliqua atau yang lebih dikenal di Indonesia dengan istilah tanaman janda bolong.

"Jenis-jenis itu memang itu harganya cukup tinggi. levelnya kolektor yah, itu mahal memang bisa belasan sampai puluhan juta per lembar daunnya," ungkap dia.

Menurut Ayu, permintaan yang tinggi pada tanaman hias monstera tak hanya terjadi Indonesia, tetapi di seluruh dunia. Sehingga, kisaran harganya memang sangat mahal di negara manapun, termasuk di Thailand yang merupakan pusat tanaman hias dunia.

"Harganya memang segitu, sudah merata. Karena memang permintaannya yang banyak, tapi persediaan stoknya sedikit," katanya.

Ia menjelaskan, memang saat ini banyak yang beranggapan tanaman hias monstera mudah untuk dibudidayakan atau diperbanyak, tapi faktanya hal itu tetap sulit dilakukan karena hasil tampilannya tak selalu sama. Jenis monstera variegata saja kini ada sekitar 203 macam warna.

"Jadi meski diperbanyak, belum tentu hasilnya akan sama seperti yang sebelumnya. Itulah yang akan membuat harga tanaman ini tetap bertahan mahal," tutup Ayu.

Baca juga: Chatib Basri: Saat Pandemi, Orang Kaya Alihkan Belanja ke Sepeda hingga Tanaman Hias

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com