JAKARTA, KOMPAS.com - Aset kripto atau cryptocurrency, Bitcoin, tengah digandrungi oleh banyak orang di tengah pandemi Covid-19.
Bukan tanpa alasan, sejak awal tahun ini Bitcoin menunjukan tren penguatan yang cenderung stabil.
Bahkan, Bitcoin sempat menyentuh level tertinggi 19.426 dollar AS atau setara Rp 273,9 juta (asumsi kurs Rp 14.100 per dollar AS).
Baca juga: Indodax Proyeksi Bitcoin Akan Menguat Sampai Rp 282 Juta pada 2021
Harga ini menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah.
Namun, tidak sedikit juga orang yang merasa khawatir dengan adanya potensi anjloknya cryptocurrency itu, seperti yang terjadi pada 2018 lalu.
Saat itu, di awal tahun, harga Bitcoin sempat merosot hingga 13.440 dollar AS per koin.
Kendati demikian, CEO Indodax, Oscar Darmawan, meyakini hal serupa tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Menurut dia, hal tersebut diakibatkan adanya perbedaan pergerakan harga Bitcoin pada 2017 dan 2020.
Baca juga: Bitcoin Tembus Rp 270 Juta, Sentuh Level Tertinggi Selama 2 Tahun Terakhir
Ia menjelaskan, pada 2017 Bitcoin menguat dengan sangat cepat. Sehingga, aksi ambil untung atau profit taking terjadi secara massal dan merusak fundamental harga Bitcoin.
"Tapi kalau kita amati tahun 2020 ini, harga Bitcoin menguatnya cenderung lebih lambat. Sehingga banyak orang yang trading crypto enggak sadar kalau Bitcoin setiap hari naik sedikit-sedikit," ujar Oscar dalam acara Indodax Room Special Edition, Kamis (10/12/2020).
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan