JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 mengubah pola hidup masyarakat. Misalnya dalam mengelola keuangan, dimana masyarkaat lebih memprioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari.
Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil riset dari BAYK bersama Populix terkait perilaku konsumen selama pandemi.
“Dengan memahami benang merah perilaku konsumen, kita bisa memprediksi ke arah mana arus utama tren perilaku masyarakat ke depannya,” ujar General Manager BAYK Strategic Sustainability Arya Gumilar dalam webinar, Rabu (16/12/2020).
Baca juga: Pandemi Membuat Omzet Industri Kuliner Merosot
Arya menambahkan, riset menggunakan survei kuantitatif dengan 300 responden yang tersebar di lima kota besar Indonesia sebagai data primer. Sementara data sekunder didapat dari observasi, wawancara lapangan, dan desktop research.
Dari survei yang dilakukan, responden umumnya mengakui bahwa Covid-19 banyak mengubah pola hidup. Dalam urusan mengelola keuangan misalnya, 87 persen responden mengaku memprioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari selama pandemi ini.
Lebih dari 90 persen responden juga mengaku menjadi lebih sering memasak ketimbang masa sebelum pembatasan sosial diberlakukan.
Namun fakta di lapangan juga menunjukkan, sejumlah produk yang sebetulnya masuk pada kategori tersier, justru meningkat selama pandemi. Stok sepeda di setiap kota habis.
Bahkan sepeda impor merek tertentu dari luar negeri dengan harga puluhan hingga ratusan juta rupiah per unit, juga ludes di masa pandemi ini.
Sementara itu, Executive Vice President of Operational Blibli.com Lisa Widodo menambahkan, perubahan pola konsumen dari fase awal pandemi hingga kini, berdasarkaan data di Blibli.com.
Ada perubahan preferensi yang menarik, bagaimana konsumen yang awalnya gandrung pada produk ‘serba sehat’ kemudian bergerak ke kebutuhan kompensasi agar tetap ‘waras dan eksis’.
Menurut Lisa, setidaknya ada 3 gelombang preferensi masyarakat dalam berbelanja berdasarkan data penjualan di Blibli.com. Pertama adalah fase panic buying di tiga bulan pertama masa pandemi.
Produk yang banyak diburu di antaranya hand sanitizer, makanan kalengan, dan suplemen multivitamin.
Memasuki bulan keempat pandemi, masyarakat mulai beradaptasi lebih jauh dengan kebijakan pembatasan sosial. Dilihat dari data penjualan, sebagian masyarakat sibuk merenovasi kecil-kecilan kediaman mereka, seperti mengganti penerangan di rumah dengan sistem pintar berbasis ponsel. Termasuk juga pembelian sepeda dan aksesorisnya yang terlihat melonjak.
Di fase ketiga, masyarakat cenderung memilih produk atau jasa yang terkait dengan hiburan. Promo penerbangan murah, menurut Lisa, adalah salah satu yang paling cepat laku, padahal masih pandemi.
“Sudah kayak kacang goreng,” ucap dia.
Dari temuan riset dan preferensi konsumen di e-commerce tersebut, menurut Arya, daya beli atau dorongan masyarakat untuk spending pada dasarnya tidak banyak berubah. Ada banyak kalangan yang hanya mengubah alokasi belanja saja.
Misalnya, yang tadinya mengeluarkan uang untuk pergi nge-gym, kini beralih menekuni hobi olah raga bersepeda dengan alasan tetap sehat dan daya tahan tubuh meningkat. Yang tadinya merogoh kocek untuk minum kopi di coffee shop, kini beralih masak di rumah dengan membeli alat memasak baru.
Alasannya, memasak di rumah lebih hemat dan aman dari ancaman tertular Covid-19.
Padahal, bisa saja fenomena ini juga terjadi karena terdorong untuk pamer di sosial media.
“Gelora untuk membeli barang-barang yang memiliki nilai social currency tinggi itu tetap ada,” ungkap Arya.
Baca juga: Dirut BTN: Sektor Perumahan Masih Tumbuh 1,9 Persen Saat Pandemi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.