Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Tuduh Swiss dan Vietnam Manipulator Mata Uang, Kok Bisa?

Kompas.com - 17/12/2020, 09:29 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

LONDON, KOMPAS.com - Amerika Serikat menuduh Swiss dan Vietnam sebagai negara yang melakukan manipulasi terhadap mata uang masing-masing negara.

Dilansir dari BBC, Kamis (17/12/2020) kedua negara tersebut dituduh terlah melakukan intervensi untuk membatasi kenaikan mata uang mereka terhadap dollar AS.

Berdasarkan data laporan tahunan Kementerian Keuangan AS, Vietnam melakukan intervensi untuk menjaga ongkos ekspor mereka agar tetap murah, sementara Swiss menjaga kinerjea keuangan negara dari goncangan yang diakibatkan oleh pandemi.

Baca juga: Facebook Disebut Akan Rilis Mata Uang Digital Libra pada Januari 2021

Namun demikian, Swiss menolak tuduhan tersebut. Otoritas Swiss pun mengatakan pihak mereka akan tetap berada di pasar untuk melakukan intervensi yang lebih kuat.

"Intervensi pasar valuta asing diperlukan dalam kebijakan moneter Swiss untuk memastikan kondisi moneter yang sesuai dan untuk menjaga stabilitas harga," jelas mereka.

Dalam kasus Swiss, AS mengatakan surplus perdagangan negara itu dengan AS melonjak selama 12 bulan terakhir, tercatat hingga Juni.

Surplus tersebut terjadi sebagian karena lonjakan ekspor emas pada paruh pertama tahun 2020, lantaran investor Amerika yang ketakutan oleh pandemi dan memutuskan untuk melakukan investasi di aset yang dianggap kurang berisiko.

Di sisi lain, mata uang Swiss, franc, yang dianggap sebagai mata uang safe haven pun mengalami lonjakan permintaan. AS menilai, Swiss kemudian melakukan intervensi atas lonjakan permintaan di pasar mata uang sebesar 14 persen dari output ekonomi negara.

"Intervensi itu secara signifikan lebih besar daripada periode sebelumnya," tulis AS dalam laporan tersebut.

Baca juga: RI Sepakat Dorong Penggunaan Mata Uang Lokal untuk Investasi di ASEAN

Swiss telah menyatakan bahwa lonjakan nilai franc yang tiba-tiba akan merugikan ekonomi negara. Untuk itu, intervensi dilakukan termasuk membeli sejumlah besar saham AS.

Namun demikian, AS menilai seharusnya Swiss dapat melakukan bauran kebijakan yang lebih seimbang untuk mencapai tujuan tersebut.

Sementara untuk kasus Vietnam, negara tersebut dinilai telah meningkatkan intervensi di pasar mata uang selama 12 bulan terakhir hingga Juni 2020. Di dalam laporan tersebut dijelaskan pembuat kebijakan ingin menekan penguatan nilai tukar dong Vietnam terhadap dollar AS seiring dengan kian meningkatnya ekspor mereka ke AS.

Adapun laporan tahunan otoritas fiskal AS tersebut dilakukan untuk memeriksa praktik nilai tukar dengan negara-negara partner dagang utama mereka.

AS menyatakan, setidaknya ada 10 negara yang juga memerlukan pemantauan lebih lanjut, termasuk di dalamnya China, Jepang, Korea Selatan, dan Jerman, Selain itu, AS juga memasukkan Taiwan, Thailand, dan India ke dalam daftar pemantauan.

Dalam membuat kebijakan terkait perdagangan, pemerintah Negeri Paman Sam memiliki kecenderungan untuk melihat seberapa besar suatu negara melakukan intervensi di pasar mata uang, ukuran surplus neraca perdagangan mereak terhadap AS, serta beragam ukuran perdagangan yang lebih luas, termasuk di dalamnya arus keuangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Whats New
Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Whats New
Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Whats New
Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Whats New
Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Whats New
Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Whats New
Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com