Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa Pandemi Covid-19, Produsen Makanan Olahan Ini Pastikan Keamanan Rantai Pasok

Kompas.com - 18/12/2020, 09:49 WIB
Kiki Safitri,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Widodo Makmur Perkasa (WMP), perusahaan pengolahan bahan pangan, terus mengupayakan penyediaan pangan berkualitas sehingga berdampak langsung pada keberlangsungan hidup masyarakat saat pandemi Covid-19.

CEO PT Widodo Makmur Perkasa Tumiyana mengatakan, WMP memiliki beberapa strategi untuk mempertahankan pasar di industri peternakan.

Dia menambahkan, WMP berupaya untuk membuka sumber penyediaan sapi bisa dari sumber negara lain.

Baca juga: [POPULER MONEY] PO Bus Merugi Akibat Kewajiban Rapid Test Antigen | Rekor Harga Bitcoin

Data FAS/USDA mencatat populasi sapi antara Australia saat ini 23,69 juta ekor atau 2,4 persen dari populasi dunia dan Brasil 244,14 juta ekor atau 24,72 persen dari populasi sapi di dunia.

“Dalam melakukan pengadaan sapi, WMP memastikan kualitas genetik sapi dan pengembangan peternak mandiri. Sementara dari sektor unggas, WMP melalui Widodo Makmur Unggas (WMU) memastikan penyediaan produk daging ayam yang mengutamakan keamanan pangan dalam kualitas terbaik dan harga yang terjangkau,” kata Tumiyana melalui siaran pers, Kamis (17/12/2020).

Secara konsisten, WMU beserta seluruh WMP Group melakukan pengembangan agropreneur muda sebagai ujung tombak pertanian yang berkelanjutan.

Menurut Tumiyana, kendala yang paling utama dihadapi adalah rantai pasok atau supply chain produk pertanian di Indonesia yang masih sangat terbatas, terutama dalam hal pengawasan (monitoring) dan evaluasi (evaluation).

Oleh karena itu, WMP berusaha untuk melakukan manajemen rantai pasok yang efektif dan efisien.

Baca juga: Kementan Dorong Perusahaan Besar Peternak Ayam Bermain di Pasar Ekspor

“Di tengah pandemi Covid-19, Grup Widodo Makmur Perkasa berkolaborasi, dan melaksanakan peran sebagai corporate citizen yang bertanggung jawab. Tidak hanya dalam skema kerja sama tetapi berupaya mewujudkan kesejahteraan bagi peternak dan masyarakat, dimana WMP dan segenap anak perusahaannya menjadi jembatannya,” jelas Tumiyana.

Direktur Utama PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMU), Ali Mas'adi mengatakan, industri perunggasan di Indonesia terus berada pada tren peningkatan.

Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi dan konsumsi masyarakat.

Sepanjang 2019, produksi unggas nasional tercatat 2.315 juta ton dan konsumsi nasional 2.318 juta ton.

Sementara pada tahun 2018, produksi dan konsumsi nasional masing-masing tercatat 2.290 juta ton dan 2.294 juta ton.

Baca juga: IHSG Menguat Pagi Ini

“Konsumsi nasional kita tumbuh terus tiap tahun dan kita bersama-sama menjaga keberlanjutan bisnis WMU. Selain berfokus pada produk karkas, WMU juga melihat potensi diversifikasi pangan dan mulai menyasar segmen makanan olahan melalui lini bisnisnya," ungkap Ali.

Kinerja perusahaan di sektor ini pun diperkirakan akan semakin membaik di tahun depan didukung kenaikan harga ayam broiler maupun Day Old Chick (DOC).

Saat ini, harga ayam broiler sudah menyentuh Rp 20.000 per ekor dan harga DOC Rp 6.000 hingga Rp 7.000 per ekor.

Harga tersebut membaik dibandingkan rata-rata harga di bulan Oktober yang sebesar Rp 15.600 untuk ayam broiler, dan Rp 5.000 untuk DOC.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com