Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepanjang 2020 Kinerja Pasar Obligasi Ciamik, Bagaimana Tahun Depan?

Kompas.com - 21/12/2020, 18:39 WIB
Kiki Safitri,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah kondisi pandemi yang mempengaruhi ekonomi, kinerja pasar obligasi sepanjang tahun ini berhasil mencatatkan kinerja positif.

Mengacu pada indeks obligasi BINDO per akhir November pasar obligasi mencatat penguatan 12,68 persen.

Director & Chief Investment Officer, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula mengatakan, dalam kondisi ketidakpastian ekonomi, kelas aset obligasi menjadi salah satu pilihan bagi investor untuk mengurangi tingkat risiko portofolio.

Baca juga: Butuh Modal Kerja, Waskita Karya Mau Terbitkan Obligasi Hingga Rp 2 Triliun

Secara umum, kinerja pasar obligasi didukung oleh beberapa faktor.

Pertama, tren penurunan suku bunga secara global termasuk di Indonesia.

“Kondisi ini menjadi iklim yang suportif bagi pasar obligasi, terutama bagi investor yang mencari yield lebih menarik di tengah tren penurunan suku bunga,” kata Ezra dalam siaran pers, Senin (21/12/2020).

Faktor kedua adalah stimulus dari bank sentral yang meningkatkan likuiditas di sistem finansial.

Tingginya likuiditas di sistem finansial meningkatkan permintaan untuk obligasi, karena perbankan yang mengalami kelebihan likuiditas dapat memarkir dananya di obligasi.

Faktor ketiga adalah bank sentral dan pemerintah yang berhasil menjaga kredibilitas.

Baca juga: Pasar Saham dan Obligasi Masih Menarik

Peranan otoritas dan regulator dalam menerapkan kebijakan yang tepat dan kredibel sangat penting untuk menjaga keyakinan pasar di tengah kondisi pasar yang volatil.

“Secara umum pemerintah dan Bank Indonesia berhasil melakukan hal tersebut, terlihat dari permintaan investor domestik yang kuat dan investor asing yang mulai kembali masuk ke pasar obligasi Indonesia,” tegas Ezra.

Setelah tiga faktor tersebut mendorong kinerja ciamik dari pasar obligasi, lalu bagaimana dengan kinerja pasar obligasi di tahun 2021?

Ezra mengatakan, tahun 2021 bisa dikatakan sebagai tahun pemulihan ekonomi, melanjutkan tema dari semester II-2020, di mana data ekonomi mulai menunjukkan perbaikan.

Menurut dia, secara makroekonomi ada lima faktor yang dapat menjadi tema utama pasar di tahun 2021.

Baca juga: Ini Persyaratan Perjalanan Antar Wilayah Selama Libur Natal dan Tahun Baru

Pertama, kebijakan moneter dan fiskal tetap akomodatif di pasar global dan domestik untuk mendukung proses pemulihan ekonomi.

Kedua, kembalinya aliran dana asing ke pasar negara berkembang untuk mencari imbal hasil atau potensi pertumbuhan pada aset finansial negara berkembang di tengah rendahnya tingkat inflasi dan suku bunga bank sentral global.

Ketiga, tren pelemahan dollar AS juga masih akan berlanjut di 2021 karena kebijakan moneter dan fiskal AS yang tetap akomodatif.

Sementara itu fundamental Rupiah tetap baik dengan inflasi rendah, adanya ruang penurunan suku bunga, dan arus dana asing yang mulai kembali masuk sehingga meningkatkan daya tarik obligasi Indonesia walau yield sudah turun di 2020.

Keempat, permintaan investor lokal untuk obligasi diperkirakan akan tetap suportif di 2021, karena likuiditas pasar yang masih melimpah di tengah kebijakan fiskal dan moneter akomodatif, sementara pertumbuhan kredit masih relatif rendah.

Baca juga: Joe Biden Diramal Bakal Meredam Ketidakpastian Global di Tahun 2021, Apa Untungnya?

Selanjutnya, ketersediaan dan distribusi vaksin akan menjadi perhatian pasar yang dapat menjadi katalis bagi pasar, namun juga dapat menjadi faktor risiko.

“Kami memandang faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang suportif bagi pasar obligasi Indonesia di 2021. Obligasi Indonesia masih menawarkan tingkat real yield yang menarik di antara negara berkembang lain,” jelas Ezra.

Sebagai gambaran, real yield obligasi 10-tahun Indonesia saat ini di kisaran 4,6 persen, sementara Filipina -0,5 persen dan India -1,7 persen, yang menjadikan daya tarik tinggi bagi obligasi Indonesia.

“Dengan dinamika global dan domestik tersebut kami memproyeksikan imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun dapat berpotensi turun ke level 5,5 – 6 persen di 2021, sehingga masih memberikan potensi upside bagi investasi di pasar obligasi,” tegas Ezra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Work Smart
Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Whats New
Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Whats New
Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Whats New
Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Whats New
HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

Whats New
BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com