Terlebih, menurut Elly, banyak buruh usia muda yang bisa mengambil kesempatan tersebut agar menjadi pelaku usaha yang handal.
Baca juga: Menko Airlangga Berharap Kisah Sukses Penerima Kartu Prakerja Menginspirasi Anak Muda
Selain itu, KSBSI menilai, Kartu Prakerja membuka banyak peluang yang lebih baik kepada pesertanya agar bisa membuka usaha sendiri, seperti kafe, salon, tempat pijat, usaha menjahit, maupun hidroponik.
“Sekitar awal 2020, KSBSI diundang pemerintah sebanyak dua kali untuk mendiskusikan rencana Program Prakerja. Kami tahu betul ragam pelatihan yang disediakan program ini,” tutur Elly.
Elly melanjutkan, masalah yang dihadapi saat ini adalah banyak buruh belum mengetahui adanya program Kartu Prakerja.
Hal ini ditenggarai karena tidak optimalnya sosialisasi program ketenagakerjaan kepada para pekerja yang tidak tergabung dengan serikat buruh.
Baca juga: Besok, Seluruh Pendaftaran Pelatihan Kartu Prakerja 2020 Ditutup
“Sayang program yang bagus perencanaannya tapi peminatnya tak maksimal, bahkan ada yang menolak akibat kurangnya sosialisasi,” katanya.
Menurutnya, sosialisasi yang dilakukan pemerintah dinilai belum cukup untuk bisa sampai ke level akar rumput.
Dalam hal ini, pemerintah pusat dan daerah mestinya bersinergi dengan berbagai stakeholder untuk melakukan sosialisasi program Kartu Prakerja.
“Sosialiasai program Prakerja harus dioptimalkan, terutama soal akses dan jenis-jenis pekerjaan yang bisa dilakukan agar buruh memiliki gambaran yang jelas,” jelas Elly.
Baca juga: Pencairan Insentif Kartu Prakerja Bisa Lewat Dana, Begini Caranya
Untuk itu, para buruh ini nantinya harus mendapatkan penjelasan detail tentang pekerjaan ringan biasa sehari-hari yang bisa dijadikan peluang bisnis.
Elly berharap pemerintah menggandeng berbagai stakeholder untuk melakukan kajian serta evaluasi program Kartu Prakerja.
“Dengan demikian, ada perbaikan dan penyempurnaan program sehingga mampu lebih mengakomodasi para buruh,” imbuhnya.
Lebih lanjut Elly memaparkan, berdasarkan catatan Manajemen Pelaksana Program Prakerja, 44 persen penerima Kartu Prakerja merupakan perempuan dan 71 persen diantaranya berusia 18-35 tahun.
Kemudian ada sekitar 81 persen berpendidikan SMA ke atas, 79 persen memiliki tanggungan, 84 persen belum pernah ikut pelatihan atau kursus sebelumnya, dan 1,8 persen mantan pekerja migran Indonesia.
Terkait dengan antusiasme buruh perempuan, Elly menjelaskan, banyak dari mereka yang tertarik, namun belum mengetahui secara rinci tentang program Kartu Prakerja.