Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investasi Apa Saja yang Menarik pada 2021?

Kompas.com - 22/12/2020, 15:32 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi sepanjang tahun 2020 karena situasi pandemi Covid-19 yang memberikan pukulan berat bagi perekonomian secara global. Berita mengenai distribusi vaksin Covid-19 di akhir tahun memunculkan optimisme dan secercah harapan.

Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya mengarankan kepada para investor untuk tetap membuat strategi dalam berinvestasi secara optimal dengan melihat beberapa peluang investasi yang ada pada 2021.

“Di tahun depan, kami masih overweight di reksa dana saham dan obligasi atau reksa dana pendapatan tetap untuk investor yang memang fokusnya untuk mendapatkan fixed return atau untuk diversifikasi investasi,” kata Ivan Jaya dalam siaran pers, Selasa (22/12/2020).

Baca juga: Sri Mulyani Sebut 56 Persen Surat Utang Negara Dikantongi Ibu-ibu

Ivan menjelaskan, reksa dana saham merupakan pilihan investasi yang masih menarik di tahun 2021. Pemilihan reksa dana saham dibandingkan saham, karena ada manager investasi yang akan melakukan pemilihan portofolio dan pendekatan portfolio memberikan keuntungan diversifikasi dibandingkan membeli saham langsung.

Selain itu, ada beberapa katalis positif untuk kelas aset saham selain distribusi vaksin Covid-19 yakni Omnibus Law Cipta Kerja yang disetujui di Oktober 2020. Munculnya Omnibus Law diperkirakan dapat mendorong Foreign Direct Investment (FDI) masuk ke Indonesia dan berdampak positif terhadap pasar saham, Sovereign Wealth Fund (SWF) yang akan berfokus pada pengembangan infrastruktur di Indonesia.

Selain itu kemunculan Omnibus Law diperkirakan akan memiliki multiplier efek ke perkembangan ekonomi secara keseluruhan, serta aliran dana asing yang akan masuk kembali ke developing market termasuk Indonesia. Tingkat suku bunga yang mendekati 0 persen di developed market juga akan mendorong investor untuk mencari aset yang memberikan yield lebih tinggi.

“Dengan adanya katalis positif tersebut, kami berharap ekonomi akan turn around di 2021. Dan dalam story recovery, kelas aset saham biasanya akan berlari lebih cepat,” kata Ivan.

Baca juga: Pelaku Bisnis Yakin Ekonomi Bakal Membaik pada 2021

Ivan juga menambahkan, instrumen obligasi pemerintah masih menarik untuk dikoleksi agar investasi tetap terdiversifikasi dengan baik dan mengurangi risiko. Banyak analis memperkirakan, Bank Indonesia (BI) hanya akan melakukan 1-2 kali pemotongan suku bunga BI pada 2021. Sedangkan, kinerja obligasi di tahun 2020 ditopang oleh pemotongan BI7DRR 5 kali dengan total 1,25 persen.

“Pergerakan harga obligasi akan berbanding terbalik dengan tingkat suku bunga, apabila tingkat suku bunga memiliki kecenderungan untuk turun maka akan berdampak positif untuk harga obligasi. Dengan pemotongan yang lebih terbatas maka potensi upside tahun depan juga akan lebih terbatas,” kata Ivan.

Ivan menambahkan, dalam melakukan investasi selalu ada volatilitas di market, baik yang terduga maupun tidak terduga. Untuk keperluan diversifikasi, obligasi pemerintah tetap menjadi pilihan, terutama untuk short term tenor yang memiliki fluktuasi harga yang minimum.

Lebih lanjut, investor juga dapat berinvestasi melalui reksa dana pendapatan tetap untuk ekposure ke obligasi pemerintah.

Berinvestasi melalui reksa dana memberikan keuntungan terutama fitur switching atau pengalihan ke kelas aset saham atau pasar uang yang dapat dilakukan di hari yang sama. Akan tetapi, tidak semua reksa dana pendapatan tetap membagikan dividen rutin, berbeda dengan pembelian langsung obligasi pemerintah yang memberikan kupon secara berkala.

“Tahun 2021 akan menjadi tahun pemulihan yang ditunggu oleh banyak investor. Jadi, stay invested dan berinvestasi sesuai dengan profi risiko dan tujuan. Jadikan pengalaman di tahun 2020 untuk dapat berinvestasi lebih bijak di tahun 2021,” ungkap dia.

Ivan menyarankan, dalam berinvestasi investor tentunya harus tetap melakukan diversifikasi karena di tahun 2020 saat pasar saham mengalami pelemahan signifikan, dan kelas aset obligasi mengalami penguatan yang signifikan.

Baca juga: Pemegang Saham Setuju Bank Bukopin Ubah Nama Jadi KB Bukopin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com