Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faktor yang Perlu Diperhatikan Investor Menyambut 2021

Kompas.com - 26/12/2020, 09:55 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun 2020 akan segera berakhir dalam waktu dekat. Para investor pun sudah harus segera menyiapkan portofolio investasinya untuk tahun depan.

Dikutip dari Kontan, Infovesta Utama dalam laporan mingguannya telah memberikan beberapa faktor yang perlu diperhatikan investor menyambut 2021.

Dalam laporan yang rilis pada pekan ini, Infovesta Utama menyebutkan, salah satu faktor yang akan mendukung proses pemulihan ekonomi dan kinerja pasar modal tahun depan adalah besarnya likuiditas dari bank sentral Indonesia maupun global.

Baca juga: Investor Domestik Sudah Kuasai Bursa Saham RI

Salah satu kebijakan moneter ekspansif adalah pemangkasan tingkat suku bunga acuan ke level terendahnya di 3,75 persen dan dipertahankan tetap di level tersebut pada Rapat Dewan Gubernur pada 17 Desember silam.

Hal tersebut bisa menjadi insentif bagi masyarakat karena kredit konsumtif yang rendah sehingga mendorong masyarakat untuk lebih sering berbelanja.

Di sisi lain, tingkat suku bunga rendah juga mendukung perusahaan melakukan ekspansi yang sempat terhambat di tahun 2020 dengan cost of fund yang lebih murah.

 

Hal ini tercermin dari ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2021 yang tumbuh sebesar 6,1 persen dari -1,5 persen di akhir tahun 2020.

“Insentif lain yang disediakan adalah adanya kebijakan pemerintah seperti restrukturisasi kredit yang diperpanjang hingga 2022, serta Omnibus Law yang mendorong investor asing untuk berinvestasi di Indonesia melalui Sovereign Wealth Fund (SWF),” seperti dikutip dari laporan Infovesta Utama.

Baca juga: Bappenas: Butuh Investasi Rp 5.900 Triliun untuk Capai Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen

Sementara itu, selain faktor pendukung, terdapat juga faktor penghambat yang dapat diperhatikan investor, yakni soal perkembangan vaksin di Indonesia.

Apakah efektivitasnya terbukti, tersedia atau tidaknya kemudahan distribusi, serta efek samping dari penggunaan vaksin itu sendiri.

Selain itu, terdapat sentimen global seperti perang dagang Amerika-China dan situasi geopolitik di dunia, serta Brexit yang masih belum juga mencapai perjanjian dagangnya.

Dari Indonesia sendiri investor perlu memperhatikan pemulihan ekonomi yang mungkin sedikit terhambat karena prediksi akan rendahnya kenaikan gaji di tahun 2021 serta tingkat pengangguran di Indonesia yang meningkat pesat selama 2020 (2,66 juta - 9,77 juta) sehingga menyebabkan penurunan daya beli masyarakat.

Baca juga: Investasi Apa Saja yang Menarik pada 2021?

Melihat ekspektasi pemulihan ekonomi tahun 2021, maka reksadana berbasis saham menjadi pilihan yang menarik.

Hal ini dikarenakan, pasar modal Amerika (DJIA) dan Shanghai sudah mencatatkan kinerja positif masing-masing sebesar 6,03 persen dan 11.67 persen secara year to date.

Sedangkan, pasar modal Indonesia masih tercatat negatif, sehingga peluangnya masih besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Naik Selama Ramadan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Whats New
Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Work Smart
PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

Whats New
Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Whats New
Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Whats New
ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com