Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ide Menhub Atasi Macet Puncak: Perbanyak Bus Hingga Sediakan Kereta Tanpa Rel

Kompas.com - 29/12/2020, 13:10 WIB
Rully R. Ramli,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah terus memutar otak untuk mengatasi kemacetan yang kerap terjadi di kawasan Puncak.

Belum adanya langkah konkrit jangka panjang mengakibatkan masalah ini terus terjadi.

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, mengatakan, penyebab utama terjadinya kemacetan di kawasan Puncak ialah tingginya antusias masyarakat untuk mengunjungi wilayah tersebut.

Baca juga: Kawasan Puncak Kerap Macet, Menhub: Tidak Bisa Diselesaikan dari Segi Transportasi Saja

Sampai saat ini, berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak kepolisian masih bersifat jangka pendek.

Seperti halnya penerapan contra flow atau sistem 2-1 di jalur Puncak.

"Kita inginkan ada suatu narasi yang lebih komprehensif," kata Budi dalam sebuah webinar, Selasa (29/12/2020).

Salah satu ide yang ditawarkan Budi ialah dengan memberikan subsidi operasional bus di kawasan Puncak.

Dengan demikian, masyarakat sekitar dapat menggunakan bus sebagai moda transportasi umum di wilayah tersebut.

Baca juga: Libur Panjang Akhir Tahun Batal, ini Prediksi Puncak Arus Mudik Natal dan Tahun Baru

Sebagaimana diketahui, masyarakat di sekitar kawasan Puncak hanya memiliki angkutan kota atau angkot sebagai opsi moda transpotasi umum.

"Kita subsidi masyarakat yang tadinya memiliki angkot dapat bergabung dalam satu koperasi untuk memliki bus yang lebih besar," ujar Budi.

Dengan adanya subsidi operasional bus, kata Budi, masyarakat dapat menikmati layanan moda transportasi umum tersebut dengan harga yang relatif murah.

"Kita menyarankan hotel-hotel untuk memiliki bus, agar pengunjung tidak menggunakan mobil," kata dia.

Baca juga: AP II Prediksi Puncak Arus Mudik di Bandara Mulai 23 Desember 2020

Selain itu, mantan Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) itu juga memiliki ide untuk menyediakan Autonomous Rail Rapid Transit atau kereta tanpa rel, sebagai upaya lain untuk mengentas kemacetan di kawasan Puncak.

"Kereta dengan menggunakan ban, bukan metal, sehingga kapasitasnya besar," ucap Budi.

Melalui kedua ide tersebut, Budi berharap dapat menjadi solusi jangka panjang mengatasi kemacetan di Puncak, dengan cara memfasilitasi tingginya jumlah pengunjung kawasan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com