Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dradjad H Wibowo
Ekonom

Ekonom, Lektor Kepala Perbanas Institute, Ketua Pembina Sustainable Development Indonesia (SDI), Ketua Pendiri IFCC, dan Ketua Dewan Pakar PAN.

Pemulihan Ekonomi dan Vaksinasi: Indonesia di Persimpangan Jalan

Kompas.com - 29/12/2020, 16:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA 9 Desember 2020 Indef mengadakan konferensi internasional secara virtual, bertema Sustainable development and its challenges in the changing world. Mantan Wapres Jusuf Kalla dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa memberikan sambutan utama.

Pembicaranya adalah tiga profesor dari Jepang, India, dan Inggris, seorang dosen dari Belanda, dan saya.

Sebagai anggota PEFC Board di Jenewa dan Ketum IFCC, tentu saya memaparkan tentang sertifikasi kelestarian menjadi alat pasar yang “berhasil memaksa” korporasi global memenuhi standar kelestarian dan membantu Indonesia memulihkan ekspor.

Selain isu tersebut, poin utama saya yang lain adalah tentang penanganan pandemi Covid-19 sebagai pemenuhan tujuan ketiga dari Sustainable Development Goals, yaitu good health and well-being.

Karena kita tidak disiplin menjalankan tindakan kesehatan publik (TKP), penanganan pandemi Indonesia banyak dinilai tidak memadai. Soal ini, majalah Forbes (5/6/2020) menempatkan Indonesia pada peringkat ke-97 dari 100 negara, jauh di bawah Vietnam (20); bahkan di bawah Myanmar (83) dan Bangladesh (84).

Sejak Maret 2020 saya sering menyuarakan bahwa pemulihan ekonomi itu tergantung pada penanganan pandemi. Karena itu, penanganan pandemi harus diutamakan.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Minus 5,32 Persen: Sekali Lagi, Tolong Kendalikan Pandeminya

Ini berarti, berbagai TKP perlu dijalankan dengan ketat dan disiplin, salah satunya adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Saya sering katakan “tangani pandeminya, ekonomi akan ikut”.

Argumen tersebut sekarang terbukti dengan keberhasilan Vietnam dan Taiwan, dua negara yang sering saya jadikan contoh. Mari kita lihat tabel berikut.

KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI Perbandingan Data Covid-19 dan Ekonomi antara Indnesia, Vietnam, dan Taiwan

Kita tidak disiplin menjalankan TKP karena takut perekonomian terpuruk. Sebaliknya, Vietnam dan Taiwan sangat disiplin menjalankan TKP.

Hasilnya? Per 6 Desember 2020, jika dihitung per 100.000 penduduk, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia adalah 72-149 kali lipat dari Vietnam dan Taiwan. Jumlah meninggal bahkan hingga 161-214 kali lipat dari mereka.

Bagaimana dengan pertumbuhan ekonomi? Vietnam tetap tumbuh positif di triwulan 1 hingga triwulan 3 pada 2020. Taiwan hanya terkontraksi -0,56 persen pada triwulan 2/2020, tapi sudah positif di triwulan 3/2020. Indonesia justru terkena resesi.

Baca juga: Indonesia Menuju Resesi Pertama sejak 1998?

Kesimpulannya, kedisiplinan Vietnam dan Taiwan membuat pandemi terkendali. Ekonominya cepat pulih, malah bisa positif selama pandemi.

Ketidakdisiplinan Indonesia membuat pandemi sulit dikendalikan, ekonominya pun malah resesi. Bahasa awamnya, pandemi enggak dapet, ekonomi enggak dapet juga.

Vaksinasi

Dengan kinerja di atas, harus diakui kita salah memilih jalan. Ini kesalahan kolektif karena masyarakat juga susah berdisiplin menjalankan TKP. Namun, tanggung jawab terbesar tetap pada pemerintah yang mengambil kebijakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com