HONG KONG, KOMPAS.com - Para analis memproyeksikan pasar saham di negara-negara Asia bakal terus melesat pada 2021 alias pasca-pandemi Covid-19. Hal ini didorong oleh kemampuan negara-negara di kawasan ini dalam menangani pandemi.
Mengutip Nikkei Asia, Senin (4/1/2021), enam analis yakin bursa saham di negara-negara Asia, kecuali Filipina, bakal tumbuh. Kinerja saham-saham ditopang oleh ekonomi di kawasan tersebut pulih dan mengalami kelebihan likuiditas, termasuk Indonesia.
Tercatat indeks MSCI Asia Emerging Market melonjak 63 persen dari level terendahnya di bulan Maret. Indeks ini bahkan mengungguli sebagian besar pasar saham dunia pada tahun 2020, termasuk Wall Street AS.
"Kemampuan Asia untuk menangani virus membantu (memberikan) kepastian yang meningkat dalam prospek pendapatan," kata manajer portofolio di Matthews Asia, Winnie Chwang.
Baca juga: Awal Perdagangan di Tahun Baru, Simak 12 Saham yang Bisa Dicermati
Tumbuhnya kinerja pasar saham Asia pada 2021 juga didorong oleh banjirnya listing saham baru. Menurut data Refinitiv, ada 855 perusahaan go public di Asia pada tahun 2020. Pencatatan saham perdana ini mampu menghasilkan 112 miliar dollar AS.
Realisasi itu naik sebesar 69 persen dari tahun 2019. Perusahaan China menyumbang sebanyak 82 persen dari perusahaan yang listing.
Banjirnya IPO tentu menghidupkan kembali minat para investor. Tak ayal para investor ritel berbondong-bondong memasuki pasar saat investor asing masih menjual portofolionya.
Listing saham baru pada 2021 diperkirakan bakal sama sibuknya. Asal tahu saja, sudah ada lebih dari 360 perusahaan antre masuk bursa. Analis memproyeksi, banjirnya listing ini tak lain untuk memenuhi permintaan investor atas saham Asia.
Dari seluruh saham, perusahaan teknologi kini menguasai 44 persen di indeks MSCI Asia, kecuali Jepang.
Harapan tinggi pada 5 negara
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan