JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah familiar dengan minyak balur asli Bali, Minyak Kutus-kutus? Di balik ketenarannya, ada banyak cerita dari sang pemilik merek, Servasius Bambang Pranoto.
Meski diakuinya omzet menurun 50 persen selama pandemi Covid-19, produsen minyak ini masih mampu bertahan di tengah pandemi.
Bahkan, produk asli Indonesia ini mau go internasional ke Amsterdam, Belanda, dengan membeli sebuah kastil.
Baca juga: Tips Memulai Bisnis Bagi Generasi Milenial dan Gen Z
"Kita beli kastil di Belanda, untuk kantor Kutus-kutus. Karena saya jalan di Eropa kemarin 12 hari, produk Indonesia enggak ada yang bunyi satu pun," kata Bambang dalam media briefing BCA secara virtual, Senin (11/1/2021).
Lantas, bagaimana strategi bertahan Minyak Kutus-kutus di tengah pandemi?
Bambang menjelaskan, kuncinya ada pada produk, teknik mengelola keuangan, dan pemanfaatan sosial media untuk sarana pemasaran.
Dia menyarankan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lokal untuk mengadopsi tiga kunci ini.
Menurut Bambang, produk yang bagus (excellent product) adalah kunci utamanya.
Baca juga: Melihat Langkah Grup Salim di Bisnis Perbankan
Semua merek besar di dunia, seperti Apple, Coca-cola, hingga Windows, bisa maju karena perancangan produknya sudah terjamin dan dibutuhkan pasar.
"Intinya produk. Kalau produk punya kualitas tinggi, akan otomatis bisa berjalan dengan baik. Untuk itu kepada teman-teman UMKM, tolong sekarang lihat ke produk dulu," saran Bambang.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan