Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembatasan Jawa-Bali, Pengusaha: Restoran Bakal Makin Banyak Tutup

Kompas.com - 12/01/2021, 13:37 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di wilayah Jawa dan Bali sudah mulai diterapkan pada 11-25 Januari 2021 atau selama dua pekan ke depan.

Dalam kebijakan baru itu, diatur bahwa restoran hanya bisa menyediakan layanan makan di tempat (dine in) sebesar 25 persen. Selain itu, pembatasan jam operasional pusat perbelanjaan (mal) hingga 19.00.

Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bidang Restoran Emil Arifin mengatakan, kebijakan tersebut sangat berpotensi untuk menambah jumlah penutupan restoran.

Baca juga: Kritik Istilah Gas dan Rem untuk Pembatasan Aktivitas, Faisal Basri: Nyawa Manusia Jangan Coba-Coba

Lantaran, ongkos operasional tidak sebanding dengan pendapatan dari penjualan. Alhasil akan banyak restoran yang tidak mampu bertahan dan menutup usahanya.

"Tentu (menambah penutupan restoran), selama ini kami cuma kendalikan kerugian, berupaya memperkecil kerugian, jadi bukan untung. Dan mau enggak mau (kalau tidak bisa bertahan), strategi terakhir adalah tutup," ujar Emil kepada Kompas.com, dikutip Selasa (12/1/2021).

Dia mengungkapkan, hasil survei yang dilakukan terhadap 4.800 restoran di DKI Jakarta pada September-Oktober 2020 lalu, tercatat sebanyak 1.030 restoran sudah tutup permanen dan 400 restoran tutup sementara.

Hal itu tak lepas dari kebijakan pembatasan kegiatan yang terus berulang dilakukan sepanjang tahun lalu.

"Tutup permanen itu artinya kalau ada investor atau modal lagi, yah buka lagi. Kalau yang tutup sementara, itu dana sudah berkurang, jadi dari pada rugi terus mending tutup dulu," jelasnya.

Emil mengatakan, ketika layanan dine in dibatasi 50 persen pada masa PSBB di DKI Jakarta, pengusaha restoran sudah merugi. Apalagi jika ditekan menjadi 25 persen, tentu semakin memberatkan.

Ia menjelaskan, rata-rata porsi biaya yang di keluarkan untuk sewa sebesar 25-30 persen, gaji karyawan 25-30 persen, serta biaya bahan baku (raw material) sebesar 25-30 persen. Selebihnya, ada porsi beban untuk bayar perpajakan hingga listrik.

Namun di masa pandemi, lanjut dia, biaya bahan baku umumnya cukup meningkat menjadi 25-35 persen. Sebab banyak restoran yang menawarkan beragam promo untuk menarik minat pembeli.

"Jadi kalau dulu cuma 50 persen, itu dari biaya sewa, gaji, dan raw material saja udah enggak ke cover. Sekarang 25 persen, itu sudah pasti enggak bisa nutupin," kata dia.

Baca juga: Ada Pembatasan Kegiatan di Jawa-Bali, Airlangga Minta Masyarakat Tak Plesiran

Ia bilang, penjualan memang bisa dari layanan online, tapi porsinya kecil hanya 10-15 persen. Belum lagi, tak semua restoran bisa sediakan layanan ini, seperti steak dan sushi.

Sehingga pendapatan terbesar memang berasal dari layanan dine in. Sayangnya, jam operasional mal yang juga dibatasi hingga 19.00 turut menekan potensi pemasukan restoran.

"Malam kan jadi enggak dapat (pemasukan sama sekali) karena jam 7 sudah tutup, berarti last order cuma samapi jam 6 sore," kata Emil.

Baca juga: Ini Jadwal Perjalanan KRL Jabodetabek Selama Masa PPKM

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com