Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasokan Kedelai Dinilai Aman Meski Harga Naik

Kompas.com - 12/01/2021, 16:47 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasokan kedelai nasional diperkirakan aman untuk memenuhi kebutuhan kedelai yang rata-rata sebesar 2,5-2,6 juta ton per tahun.

Dari jumlah itu, 90 persen dipenuhi oleh kedelai impor dan 10 persen kedelai lokal.

Indonesia Country Director Consultant to U.S. Soybean Export Council, Ibnu Eddy Wiyono mengatakan, rata-rata importir kedelai menyediakan stok untuk 1-2 bulan, sehingga pasokan kedelai akan aman hingga Februari 2021.

Baca juga: Kala Jokowi Singgung Impor Kedelai yang Jadi Kegaduhan Nasional

"Setelahnya, saya perkirakan masih akan terjaga karena tahun 2021 kondisinya lebih baik dari 2020. Tren data pengapalan kedelai di pelabuhan terus meningkat sejak September hingga Desember 2020 dari 730.000 ton menjadi 760.000 ton," ujar Ibnu dalam keterangannya, Selasa (12/1/2021).

Adapun sebagian besar pasokan kedelai dalam negeri diserap oleh industri tahu-tempe. Setidaknya perajin tahu-tempe butuh 150.000-160.000 ton kedelai per bulan, berdasarkan data Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo).

Sementara konsumen tempe dan tahu terbesar di Indonesia berada di Pulau Jawa sebesar 85 persen dan 15 persen lainnya tersebar di Pulau Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua.

Ibnu mengakui, meski pasokan kedelai dalam negeri terkendali, namun harganya tetap mengalami kenaikan karena mengikuti mekanisme pasar global.

Adapun Amerika Serikat (AS), Brazil, dan Argentina merupakan produsen kedelai terbesar dunia dengan penguasaan pasar mencapai 90 persen.

Baca juga: Jokowi: Kedelai Tumbuh Baik, Kenapa Petani Tidak Mau Tanam?

Ia menjelaskan, ada dua penyebab kenaikan harga kedelai di pasar internasional. Pertama, permintaan kedelai yang melonjak, khususnya dari dari China kepada AS.

China saat ini sedang berupaya memenuhi janjinya kepada Presiden Trump untuk membeli kedelai Amerika lebih banyak.

Selain itu, China juga membutuhkan banyak kedelai untuk mendukung program peningkatan populasi babi sebanyak 130 juta ekor.

Kedua, kondisi pasokan kedelai global yang turun. Saat ini, hanya Amerika yang sedang panen kedelai dan memiliki cadangan yang cukup untuk diekspor, namun musim panas yang terlalu kering dan bencana angin topan mengakibatkan produksi kedelai lebih rendah dari yang diprediksikan.

"Di sisi lain, persediaan kedelai di Brasil dan Argentina menipis sehingga harus memenuhi kebutuhan domestik," jelas Ibnu.

Baca juga: Mendag Proyeksi Kenaikan Harga Kedelai Terus Naik hingga Mei 2021

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan menyatakan, terjadi lonjakan permintaan kedelai dari China kepada AS pada Desember 2020 lalu sebanyak 30 juta ton dari biasanya 15 juta ton.

Hal ini mengakibatkan berkurangnya kontainer di beberapa pelabuhan AS, seperti di Los Angeles, Long Beach, dan Savannah sehingga terjadi hambatan pasokan terhadap negara-negara importir kedelai, termasuk Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com