Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Kedelai Impor Meroket, Ukuran Tempe Jadi Lebih Kecil

Kompas.com - 13/01/2021, 09:37 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Antara

JAKARTA, KOMPAS.com - Para perajin tahu dan tempe di berbagai daerah terpaksa harus mengurangi ukuran produknya. Hal ini untuk merespon meroketnya harga kedelai impor sejak beberapa pekan terakhir.

Dikutip dari Antara, Rabu (13/1/2021), kenaikan harga kedelai asal Amerika Serikat memaksa perajin tempe di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, mengurangi ukuran tempe agar harga tidak perlu dinaikkan.

Salah seorang penjual tempe Sutrisno di Pasar Terong, Makassar, Selasa, mengatakan harga kedelai impor itu terus naik sejak pandemi Covid-19, sementara produksi kedelai lokal sangat terbatas dan belum musimnya.

"Kami tidak berani menaikkan harga tempe eceran, karena daya beli masyarakat menurun sejak ada Covid-19," kata Sutrisno.

Baca juga: Genjot Produksi Kedelai Lokal, Kementan Siapkan 6 Varietas Unggul

Menyiasati harga bahan baku yang melambung dengan memperkecil ukuran tempe dari kondisi biasanya meski tetap dijual seharga Rp 5 ribu per potong segi panjang seukuran batu bata.

Hal itu diakui pedagang tempe di Pasar Pannampu yang juga memproduksi sendiri, Suparman.

Menurut dia, tak ada pilihan selain memperkecil ukuran tempe atau tahu yang dipasarkan, agar pembeli tetap dapat membeli kebutuhan lauknya yang selama ini lebih murah dibandingkan membeli ikan.

"Itu salah satu cara kami agar pembeli masih minat beli tahu dan tempe, karena kalau menaikkan harga bisa-bisa tidak ada pembeli," ujar dia.

Mengecilnya ukuran tempe juga terjadi di daerah lain. Seperti yang terjadi di Sumatera Barat, produsen tahu dan tempe di Padang mencari cara untuk mengatasi harga kedelai yang mahal dari importir dengan mengurangi ukurannya.

Baca juga: Jokowi: Kedelai Tumbuh Baik, Kenapa Petani Tidak Mau Tanam?

"Harga kacang kedelai saat ini masih mahal namun kami tidak mungkin menaikkan harga tahu dan tempe ke konsumen sebab mereka pasti akan komplain dan lari mencari bahan pengganti yang lain," kata seorang pedagang tahu dan tempe di Pasar Raya, Ema, di Padang.

Ia mengatakan demi mempertahankan harga tetap normal maka ukuran tahu dan tempe sedikit diperkecil agar konsumen tidak berkurang dan tetap membeli dalam jumlah banyak.

Ema mengatakan sebelum mengalami kenaikan, harga kacang kedelai hanya Rp 330 ribu namun saat ini harga kacang kedelai mencapai Rp 490 ribu per karung atau per 50 kilogram.

Lebih lanjut ia mengatakan untuk tempe hanya diperkecil 1 ons dari biasanya, seperti pada tempe ukuran 6 ons diperkecil menjadi ukuran 5 ons dan dijual dengan harga Rp 6 ribu. Sementara untuk tahu hanya diperkecil sedikit dari ukuran normal dan dijual Rp 1.000 per potong.

Baca juga: Kala Jokowi Singgung Impor Kedelai yang Jadi Kegaduhan Nasional

Menurutnya, tahu dan tempe yang diperkecil tersebut sudah berlangsung sejak 20 hari terakhir namun bila harga kacang kedelai sudah turun maka ukuran tersebut akan kembali normal.

Menurut catatan Kementerian Perdagangan pada Desember 2020 permintaan kedelai China kepada Amerika Serikat selaku eksportir kedelai terbesar dunia naik dari 15 juta ton menjadi 30 juta ton.

Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya kontainer di beberapa pelabuhan AS seperti di Los Angeles, Long Beach, dan Savannah sehingga terjadi hambatan pasokan terhadap negara importir kedelai lain termasuk Indonesia.

Untuk mengatasi harga kedelai yang tinggi pemerintah tengah berupaya mendorong produksi kedelai dalam negeri agar kebutuhan kacang kedelai di Indonesia bisa terpenuhi dan tidak bergantung pada produksi dari luar negeri.

Baca juga: Sederet Negara yang Jadi Pemasok Kedelai Impor Terbanyak ke Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

Whats New
RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

Whats New
Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Antisipasi Darurat Pangan di Papua Selatan, Kementan Gencarkan Optimasi Lahan Rawa di Merauke

Whats New
Erick Thohir Minta Pertamina hingga MIND ID Borong Dollar AS, Kenapa?

Erick Thohir Minta Pertamina hingga MIND ID Borong Dollar AS, Kenapa?

Whats New
Nasabah Kaya Perbankan Belum 'Tersengat' Efek Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Nasabah Kaya Perbankan Belum "Tersengat" Efek Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Whats New
Apa Saja Penyebab Harga Emas Naik Turun?

Apa Saja Penyebab Harga Emas Naik Turun?

Work Smart
Bapanas Ungkap Biang Kerok Harga Tomat Mahal

Bapanas Ungkap Biang Kerok Harga Tomat Mahal

Whats New
Jadi BUMD Penyumbang Dividen Terbesar, Bank DKI Diapresiasi Pemprov Jakarta

Jadi BUMD Penyumbang Dividen Terbesar, Bank DKI Diapresiasi Pemprov Jakarta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com