JAKARTA, KOMPAS.com - Produksi kedelai lokal diketahui sangat rendah, sehingga Indonesia sangat bergantung pada kedelai impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Setidaknya 90 persen pasokan kedelai dalam negeri berasal dari impor.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi mengungkapkan, produksi kedelai lokal yang minim sejalan dengan rendahnya minat petani untuk menanam kedelai.
Hal tersebut disebabkan harga jual kedelai yang terlalu murah sehingga kurang menguntungkan bagi petani. Padahal, biaya produksi kedelai terbilang mahal.
Baca juga: Harga Kedelai Impor Meroket, Ukuran Tempe Jadi Lebih Kecil
"Biaya produksi itu masih mahal antara Rp 5.000- Rp 6.000 per kilogram, dan pengalaman sebelum pandemi harga jualnya rendah sekali Rp 6.500-Rp 7.000 per kilogram," ungkap Suwandi dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, Rabu (13/1/2021).
Ia bilang, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017 menunjukkan keuntungan menanam kedelai hanya sebesar Rp 1 juta per hektar.
Menurut dia, angka tersebut sangat rendah, jauh di bawah keuntungan yang didapat dari menanam padi dan jagung. Maka tak aneh bila banyak petani memilih menanam komoditas lain yang lebih menguntungkan.
"Sehingga petani itu lebih memilih yang untungnya lebih tinggi seperti padi dan jagung, bahkan di beberapa tempat lebih memilih tanam tebu," ungkap dia.
Oleh sebab itu, lanjut Suwandi, pemerintah berupaya untuk menggenjot produksi kedelai lokal yang akan dibarengi perbaikan untuk mencapai tingkat harga yang menguntungkan bagi petani.
Ini sekaligus sebagai upaya untuk melepas ketergantungan Indonesia dari kedelai impor. Sebab gejolak harga kedelai di pasar global sangat mempengaruhi harga di dalam negeri.
Seperti saat ini, di mana tren harga kedelai impor terus naik, sehingga berimbas pada lonjakan harga kedelai di dalam negeri.
Suwandi menyatakan, pihaknya telah menyiapkan strategi untuk periode Januari-Juni 2021 dalam menggenjot produksi kedelai. Targetnya, produksi kedelai bisa mencapai 500.000 ton.
Pada tahap awal yaitu Januari-Maret 2021 akan dilakukan penanaman kedelai di lahan seluas 37.000 hektar. Sebagian produksi dari penanaman tersebut akan dialokasikan untuk menjadi benih.
"Ini sebagian besar akan diproduksi menjadi benih 18.000 hektar minimal untuk ditanam pada bulan April-Juni," ujarnya.
Baca juga: Kala Jokowi Singgung Impor Kedelai yang Jadi Kegaduhan Nasional
Ketersediaan benih dari priode tersebut akan sangat membantu untuk memperluas penanaman kedelai di periode April-Juni 2021. Rencananya, total penanaman kedelai akan mencapai 325.000 hektar lahan.
DIa mengatakan, dengan tingkat produksi 1,5 ton per hektar maka diperkirakan produksi kedelai lokal bisa mencapai 500.000 ton.
"Jadi ini bisa masuk 500.000 ton kedelai sampai panennya di September," kata Suwandi.
Baca juga: Demi Tahu Tempe, Indonesia Bakal Impor 2,6 Juta Ton Kedelai
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.