Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Kementan Ini Penyebab Petani Enggan Menanam Kedelai

Kompas.com - 14/01/2021, 05:09 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Produksi kedelai lokal diketahui sangat rendah, sehingga Indonesia sangat bergantung pada kedelai impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Setidaknya 90 persen pasokan kedelai dalam negeri berasal dari impor.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi mengungkapkan, produksi kedelai lokal yang minim sejalan dengan rendahnya minat petani untuk menanam kedelai.

Hal tersebut disebabkan harga jual kedelai yang terlalu murah sehingga kurang menguntungkan bagi petani. Padahal, biaya produksi kedelai terbilang mahal.

Baca juga: Harga Kedelai Impor Meroket, Ukuran Tempe Jadi Lebih Kecil

"Biaya produksi itu masih mahal antara Rp 5.000- Rp 6.000 per kilogram, dan pengalaman sebelum pandemi harga jualnya rendah sekali Rp 6.500-Rp 7.000 per kilogram," ungkap Suwandi dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, Rabu (13/1/2021).

Ia bilang, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017 menunjukkan keuntungan menanam kedelai hanya sebesar Rp 1 juta per hektar.

Menurut dia, angka tersebut sangat rendah, jauh di bawah keuntungan yang didapat dari menanam padi dan jagung. Maka tak aneh bila banyak petani memilih menanam komoditas lain yang lebih menguntungkan.

"Sehingga petani itu lebih memilih yang untungnya lebih tinggi seperti padi dan jagung, bahkan di beberapa tempat lebih memilih tanam tebu," ungkap dia.

Oleh sebab itu, lanjut Suwandi, pemerintah berupaya untuk menggenjot produksi kedelai lokal yang akan dibarengi perbaikan untuk mencapai tingkat harga yang menguntungkan bagi petani.

Ini sekaligus sebagai upaya untuk melepas ketergantungan Indonesia dari kedelai impor. Sebab gejolak harga kedelai di pasar global sangat mempengaruhi harga di dalam negeri.

Seperti saat ini, di mana tren harga kedelai impor terus naik, sehingga berimbas pada lonjakan harga kedelai di dalam negeri.

Suwandi menyatakan, pihaknya telah menyiapkan strategi untuk periode Januari-Juni 2021 dalam menggenjot produksi kedelai. Targetnya, produksi kedelai bisa mencapai 500.000 ton.

Pada tahap awal yaitu Januari-Maret 2021 akan dilakukan penanaman kedelai di lahan seluas 37.000 hektar. Sebagian produksi dari penanaman tersebut akan dialokasikan untuk menjadi benih.

"Ini sebagian besar akan diproduksi menjadi benih 18.000 hektar minimal untuk ditanam pada bulan April-Juni," ujarnya.

Baca juga: Kala Jokowi Singgung Impor Kedelai yang Jadi Kegaduhan Nasional

Ketersediaan benih dari priode tersebut akan sangat membantu untuk memperluas penanaman kedelai di periode April-Juni 2021. Rencananya, total penanaman kedelai akan mencapai 325.000 hektar lahan.

DIa mengatakan, dengan tingkat produksi 1,5 ton per hektar maka diperkirakan produksi kedelai lokal bisa mencapai 500.000 ton.

"Jadi ini bisa masuk 500.000 ton kedelai sampai panennya di September," kata Suwandi.

Baca juga: Demi Tahu Tempe, Indonesia Bakal Impor 2,6 Juta Ton Kedelai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com