Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Diproyeksi Turunkan Suku Bunga Satu Kali Lagi di 2021

Kompas.com - 14/01/2021, 12:25 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) diproyeksi masih memiliki ruang penurunan suku bunga acuan BI-7 days reserve repo rate (BI-7DRR) satu kali lagi pada 2021 ini.

Chief Economist and Investment Strategist Manulife Investment Management (MAMI) Katarina Setiawan mengatakan, ruang penurunan suku bunga acuan itu disebabkan karena masih tingginya suku bunga riil, meski ruang tak selonggar tahun 2020.

"Ada ruang BI menurunkan suku bunga karena suku bunga riil masih tinggi, walau tidak sebesar peluang yang dimiliki tahun 2020. Ada peluang BI menurunkan satu kali atau tetap mempertahankan," kata Katarina dalam Market Outlook 2021 secara virtual, Kamis (14/1/2021).

Baca juga: BI Proyeksi Kinerja Industri Pengolahan Membaik di Kuartal IV 2020

Katarina menuturkan, ruang penurunan suku bunga diikuti oleh proyeksi stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di tengah inflasi yang masih terkendali.

Inflasi diproyeksi tidak akan meningkat signifikan meskipun ada stimulus besar dari pemerintah.

Kemudian, ada kunci dari pemulihan ekonomi dari vaksinasi nasional yang menopang keyakinan konsumen.

Menurut survei BI, indeks keyakinan konsumen mengalami peningkatan pada Desember 2020.

Optimisme tecermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Desember 2020 sebesar 96,5, meningkat dari 92,0 pada bulan November 2020.

Baca juga: Kuartal IV 2020, BI Sebut Kegiatan Dunia Usaha Membaik

"Kita melihat kondisi makro ekonomi akan lebih kokoh ditopang vaksinasi pemerintah. Dari 188 juta penduduk dikurangi dikurangi ibu hamil/menyusui, dan penderita penyakit berat jadi 181 juta jiwa dapat vaksin. Sudah ada anggaran sekitar 54 triliun untuk vaksinasi gratis," ungkap Katarina.

Neraca Perdagangan RI pun masih mengalami surplus dan terkendali.

BI berkomitmen menjaga suku bunga tetap rendah, serta masih jadi standby buyer non competitive bidder dalam pembelian SBN.

Dari sisi global, keyakinan pasar ditopang oleh relatif melemahnya indeks dollar AS (DXY index) karena bank sentral AS, The Fed, menempuh kebijakan yang akomodatif dan membeli aset dalam jumlah besar.

Baca juga: Relaksasi dari BI Ampuh Tekan NPL Kartu Kredit

Dalam rapat terakhir, The Fed berkomitmen tetap membeli aset 120 miliar dollar AS per bulan.

Di sisi lain, utang luar negeri AS belum turun.

"The Fed menyatakan akan mempertahankan suku bunga yang akomodatif sampai 2023, di samping pembelian aset bank sentral dalam jumlah besar tidak dikurangi. Membuat dollar AS relatif lemah, tidak akan menguat apalagi secara signifikan," sebut Katarina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com