JAKARTA, KOMPAS.com - Pemulihan ekonomi setelah dihantam pandemi Covid-19 mulai terlihat sejak kuartal III 2020.
Pemulihan ini akan semakin menguat di tahun 2021.
Pemulihan ekonomi yang semakin masif akan mengarah pada perbaikan kinerja pasar finansial.
Baca juga: Mengupas Kerja Sama Investasi China di Indonesia
Hal ini ditopang oleh kebijakan akomodatif dari Bank Indonesia sehingga suku bunga acuan akan tetap rendah.
Begitupun stabilnya nilai tukar rupiah, terjaganya likuiditas, meningkatnya kondisi ekonomi makro, dan kembalinya sentimen positif investor karena mitigasi penularan Covid-19.
"Dan ini akan menopang ekonomi. Faktor ini mendukung kedua kelas aset (baik saham ataupun obligasi)," kata Chief Economist and Investment Strategist Manulife Investment Management (MAMI) Katarina Setiawan dalam Market Outlook 2021 secara virtual, Kamis (14/1/2021).
Lantas, mana yang perlu diutamakan?
Katarina menyebut, dua instrumen itu harus tetap ada dalam investasi portofolio. Namun, perbedaan porsi keduanya harus disesuaikan dengan profil risiko.
Jika agresif, berinvestasi di instrumen saham boleh-boleh saja. Asal obligasi tetap jangan ditinggalkan.
"Dua-duanya harus tetap ada, tinggal kita bandingkan dengan profil risiko kita, apakah moderat atau lebih agresif? Timingnya saham dan obligasi dua-duanya bagus," saran Katarina.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan