JAKARTA, KOMPAS.com - Tarif pengangkutan kontainer ke jalur-jalur pelayaran domestik di 2021 ini diperkirakan masih akan stabil. Hal ini terjadi karena kebijakan pemerintah yang tetap mempertahankan ketentuan azas Cabotage dalam Undang-undang Cipta Kerja sehingga bisa menjaga stabilitas tarif angkutan kontainer domestik.
“Kebijakan pemerintah untuk tetap mengoptimalkan peran pelayaran nasional untuk melayani angkutan domestik sangat positif. Selama ini dengan azas Cabotage pelaku pelayaran domestik mampu menjaga tarif tidak bergerak liar seperti yang terjadi di angkutan global saat ini," ujar Direktur Namarin Institute, Siswanto Rusdi dalam keterangannya, Kamis (14/1/2021).
Akibat pandemi Covid-19, hampir semua kapal di jalur pelayaran dunia menaikkan freight rate kontainer ke luar negeri. Sebagai contoh tarif kontainer 20 feet ('20) Sub ke Ho Chi Min awal 2020 300 Dollar AS/20’ dan sekarang 950 Dollar AS/20’. Sub ke Huangpu awal tahun 150 Dollar AS/20’ saat ini sudah 1.050 Dollar AS/20’.
Sementara Sub ke Shanghai awal tahun 200 Dollar AS/20’ dan sekarang 1.050 Dollar AS/20’ juga sebaliknya untuk import dari Shanghai Ke Surabaya Dollar AS 500/20' dan sekarang Jadi Dollar AS2.000/20‘. Hal ini juga berlaku untuk Surabaya - Tianjin 350 Dollar AS/20 menjadi 1.050 Dollar AS/20 dan Tianjin Surabaya 500 Dollar AS/20 menjadi 4.000 Dollar AS/20.
Situasi yang sama juga terjadi pada jalur ke Eropa seperti sub Europe Main Port. Pada awal tahun freight rate masih 800 Dollar AS/20 lalu melonjak jadi 1.000 Dollar AS/20’ di Oktober 2020 dan saat ini sudah terbang tinggi hingga 4.000 Dollar AS/20’.
Selain freight rate yang melambung tinggi, banyak perusahaan pelayaran asing yang memilih jalur-jalur gemuk di luar negeri. Akibatnya lalu lintas kapal ke Indonesia menjadi berkurang sehingga menghambat laju ekspor - impor para pelaku usaha di dalam negeri.
Baca juga: Survei: Kesejahteraan Pelaku Usaha Mikro di Kota Rendah, Mulai Berutang hingga Tak Dapat Bansos
Siswanto menilai dengan freight rate pelayaran global yang demikian mahal dan jadwal kapal yang terbatas, biaya ekspor dan impor menjadi semakin tinggi. Dampaknya ekonomi domestik juga menjadi tidak efisien.
Itu sebabnya, lanjut Siswanto, penerapan azas Cabotage memberikan kepastian bagi pelaku usaha di dalam negeri terhadap biaya pengangkutan barang antar pulau lewat laut.
"Bisa dibayangkan jika pelayaran domestik dibebaskan bagi pelayaran asing. Struktur tarif angkutan kapal akan dikendalikan oleh mereka (asing) dan ini akan sangat memberatkan pelaku usaha dalam negeri. Padahal kemampuan pebisnis di setiap daerah berbeda," kata dia.
Menurutnya pandemi Covid-19 menjadi risiko bagi perusahaan pelayaran domestik karena volume pengangkutan juga berkurang. Selama 2020 beberapa tarif angkutan kontainer di jalur domestik sempat mengalami penurunan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.