Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erick Thohir Sedih Lihat Karya Seni di Gedung Sarinah Tak Terawat

Kompas.com - 15/01/2021, 12:25 WIB
Akhdi Martin Pratama,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta relief dan karya seni lainnya yang berada di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat diperbaiki.

Mantan bos Inter Milan itu mengaku sedih melihat karya seni yang ada di gedung tersebut terlihat tak terawat.

“Saya terus terang sangat terharu, dalam arti saya pecinta seni, ketika melihat kondisi seni budaya yang kita punya ini tidak terawat. Karena itu saya minta Sarinah, Wika, kita perbaiki kembali seperti yang dahulu,” ujar Erick, Jumat (15/1/2021).

Baca juga: Mau Go Global, Sarinah Gandeng Perusahaan Swiss dan Meksiko

Bagi Erick, bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa mencintai karya seninya.

Atas dasar itu, dia berharap karya seni yang ada di Gedung Sarinah terus dipelihara.

“Bangsa besar adalah bangsa yang mengenal sejarahnya. Tentu bangsa besar itu adalah bangsa yang cinta karya seninya,” kata dia.

Berdasarkan video wawancara Erick itu, salah satu relief yang berada di Gedung Sarinah menggambarkan beberapa sosok petani, pedagang dengan pikulan berisi ikan hingga perempuan membawa bakul hasil panen.

Gedung Sarinah merupakan pusat perbelanjaan setinggi 74 meter dengan memiliki 15 lantai.

Baca juga: Renovasi Gedung Sarinah Bukan untuk Saingi Grand Indonesia

Luas bangunannya berkisar 27.000 meter persegi dengan luas per lantai 1.800 meter persegi.

Menyandang status sebagai pusat perbelanjaan pertama di Indonesia, Sarinah sempat berjaya di tahun-tahun awal berdirinya.

Gedung Sarinah dibangun sebagai etalase produk dalam negeri sekaligus tempat berbelanja kebutuhan masyarakat dengan harga terjangkau.

Gedung tersebut selesai dibangun dan diresmikan pada 15 Agustus 1966.

Sarinah dikelola oleh PT Department Store Indonesia yang kini berganti nama menjadi PT Sarinah (Persero).

Baca juga: Renovasi Gedung Sarinah Akan Memperhatikan Aspek Cagar Budaya

BUMN ini bergerak di sektor perdagangan, penyewaan ruang, hingga money changer.

Mal tertua di Indonesia itu dibangun sebagai salah satu proyek mercusuar Presiden Soekarno saat itu selain pembangunan Monas, GBK, Hotel Indonesia, dan bangunan-bangunan megah lain selama rezim Orde Lama. Gedung tersebut selesai dibangun dan diresmikan pada 15 Agustus 1966.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com