Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Kendaran Listrik, Ini Pendongkrak Melejitnya Harga Nikel

Kompas.com - 17/01/2021, 12:13 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Nikel menjadi komoditas yang dinilai cukup bersinar tahun ini. Melansir Bloomberg, harga nikel di bursa London Metal Exchange (LME) untuk kontrak pengiriman tiga bulanan berada di level tertingginya tahun ini, yakni di level 18.109 dollar AS pada Kamis (7/1/2021).

Penguatan harga nikel juga berdampak pada terkereknya harga saham produsen nikel. Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) misalnya, dalam setahun menguat 376,34 persen ke level Rp 3.120 per saham. Pun demikian dengan saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang menguat 129,24 persen ke level Rp 6.625 per perdagangan Jumat (15/1/2021).

Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Maryoki Pajri Alhusnah menilai, pergerakan harga nikel global terdorong oleh faktor perbaikan ekonomi China. Negeri tirai bambu itu juga berencana untuk meningkatkan konsumsi nikel untuk kendaraan listrik (electric vehicle) dan stainless steel.

Baca juga: Uni Eropa, Gigih Tolak Sawit Indonesia, Tapi Butuh Nikelnya

Selain itu, pembatasan ekspor bijih nikel yang masih diberlakukan Pemerintah Indonesia juga menjadi katalis positif untuk harga nikel nikel.

Maryoki menilai, kenaikan harga nikel juga didorong oleh ekspektasi permintaan kendaraan listrik yang akan naik. Hal ini ditunjukkan dengan program stimulus di banyak negara, termasuk dukungan kendaraan listrik untuk mengimbangi dampak ekonomi dari pandemi.

China misalnya, memperpanjang kebijakan subsidi hingga 2022 dan beberapa negara Uni Eropa (UE) telah meningkatkan subsidi untuk kendaraan listrik, serta target emisi yang lebih ketat.

“Untuk pengembangan mobil listrik di Indonesia, untuk saat ini masih mempengaruhi market domestik saja, belum ke harga nikel global. Karena proyek pengembangan ini juga masih sebatas Memorandum of Understanding (MoU) dan rencana, belum ada kepastian kapan akan dilaksanakan,” sebut Maryoki dilansir Kontan.co.id, Minggu (17/1/202).

Sementara itu, Tim Riset Sinarmas Sekuritas dalam risetnya yang bertajuk ‘Sinarmas Market Outlook 2021’ menilai, lonjakan harga nikel dan harga saham emiten logam sebagian dipengaruhi oleh antusiasme terhadap rencana pemerintah Indonesia untuk mendirikan holding baterai listrik dengan total investasi yang diharapkan mencapai 12 miliar dollar AS.

Meski rencananya masih dalam tahap awal dan belum ada rincian yang tersedia saat ini, namun pemerintah menyebutkan bahwa holding BUMN tambang, yakni MIND ID (kemungkinan melalui ANTM), Pertamina, dan PLN akan membentuk holding baterai listrik ini.

MIND ID akan bertanggung jawab untuk operasi hulu, Pertamina di bagian tengah (midstream) dan PLN di operasi hilir.

Di sisi lain, Tesla, sebagai pelopor manufaktur mobil kendaraan listrik, juga dalam tahap diskusi awal dengan pemerintah terkait potensi investasi untuk proyek-proyek ini. Dengan Indonesia saat ini memiliki sekitar 24 persen dari cadangan nikel global, proyek-proyek ini akan menempatkan Indonesia di garis depan revolusi kendaraan listrik.

Namun perlu diperhatikan bahwa jadwal proyek dan investasi ini belum ditentukan oleh pemerintah.

“Kami berharap pembentukan holding dan pemilihan mitra akan selesai pada tahun 2021, sementara konstruksi mungkin baru dimulai paling cepat 2023,” tulis Tim Riset Sinarmas Sekuritas.

Meskipun demikian, proyek-proyek ini akan memberikan peluang pertumbuhan jangka panjang bagi industri nikel Indonesia, meskipun dalam jangka pendek, Sinarmas Sekuritas masih melihat adanya potensi kelebihan pasokan di industri ini.

Baca juga: Harganya Terus Terbang, Simak Rekomendasi Saham ANTM

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com