Untuk reksa dana terproteksi yang akan terbit, karena potongan pajak yang lebih besar maka nilai imbal hasil kepada investor akan menjadi semakin kecil.
Sebetulnya pajak bukan satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap kinerja reksa dana terproteksi, tapi juga BI Rate. Dengan tingkat suku bunga yang semakin menurun, biasanya penerbit obligasi korporasi juga mengurangi besaran kuponnya.
Jika pada tahun 2020 yang lalu, investor masih bisa mendapatkan reksa dana terproteksi dengan imbal hasil di atas 6 persen, maka untuk tahun 2021 ini kelihatannya investor harus puas dengan imbal hasil di sekitar 6 persen atau bahkan lebih rendah.
Baca juga: Pemerintah Sesuaikan Tunjangan PNS bagi 4 Jabatan Fungsional Ini
Untuk reksa dana berbasis obligasi yang dikelola secara aktif seperti reksa dana pendapatan tetap, campuran dan pasar uang, merasakan 2 dampak langsung yaitu pajak atas kupon dan pajak atas diskonto.
Obligasi pemerintah biasanya memiliki fluktuasi harga yang lebih tinggi dibandingkan obligasi korporasi. Untuk itu, efek pajak atas diskonto akan lebih banyak dirasakan pada reksa dana yang berinvestasi pada obligasi pemerintah dibandingkan korporasi.
Pajak atas kupon dan diskonto ini tidak akan membuat kinerja reksa dana menjadi negatif. Sebab pajak penghasilan dikenakan atas kupon dan keuntungan yang diterima dari investasi obligasi.
Faktor yang lebih berpengaruh terhadap kinerja reksa dana berbasis obligasi adalah arah suku bunga dan valuasi / imbal hasil wajar obligasi.
Secara teori ketika suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun dan sebaliknya ketika suku bunga turun maka harga obligasi naik.
Akibat pandemi COVID-19, Suku bunga sudah mengalami penurunan berkali-kali pada tahun 2020. Untuk itu, ruang penurunannya menjadi semakin terbatas di tahun 2021. Namun juga tidak akan naik dalam 2-3 tahun yang akan datang seiring dengan pemulihan ekonomi.
Baca juga: Kasus Tagihan Listrik Rp 68 Juta, PLN Minta Pelanggan Lakukan Hal Ini
Jika suku bunga sudah tetap, maka harga obligasi selanjutnya akan naik jika valuasinya terhadap murah, dan sebaliknya akan turun jika valuasinya terlalu mahal.
Valuasi obligasi bisa dilihat dari tingkat imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun. Perkiraan tingkat imbal hasil yang wajar untuk tahun 2021 adalah di 5,5 persen. Jika sudah di bawah angka tersebut berarti sudah mahal, sebaliknya jika di atas maka masih dikatakan masih murah.
Pada saat artikel ini ditulis, tingkat imbal hasil obligasi 10 tahun adalah sebesar 6,2 persen. Dengan asumsi bisa mencapai 5,5 persen pada akhir tahun, maka kinerja reksa dana pendapatan tetap pada tahun 2021 ini diperkirakan bisa mencapai antara 5-8 persen.
Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.