Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Awal 2021, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 3,75 Persen

Kompas.com - 21/01/2021, 14:47 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7 days (reserve) repo rate (BI-7DRR) di level 3,75 persen.

Keputusan menyusul hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang terselenggara pada 20-21 Januari 2021.

BI juga mempertahankan suku bunga deposit facility sebesar 3 persen dan suku bunga lending facility sebesar 4,5 persen.

Baca juga: Bulan Ini, BI Diproyeksi Tahan Suku Bunga 3,75 Persen

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini konsisten dengan perkiraan inflasi yang rendah, stabilitas eksternal dan nilai tukar rupiah yang terjaga, serta upaya bersama untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.

"Berdasarkan asesmen menyeluruh, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 20-21 Januari 2021, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakan BI-7DRR tetap sebesar 3,75 persen," kata Perry dalam konferensi pers pengumuman RDG Desember secara virtual, Kamis (17/11/2020).

Perry melaporkan beberapa indikator yang mendorong penahanan suku bunga acuan. Indikator pertama, neraca pembayaran yang tetap baik sehingga mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.

Peningkatan transaksi berjalan berlanjut seiring dengan dorongan dari surplus neraca barang yang meningkat.

Baca juga: BI Diproyeksi Turunkan Suku Bunga Satu Kali Lagi di 2021

Tercatat neraca perdagangan mengalami surplus sebesar 8,3 miliar dollar AS. Angkanya meningkat dibanding bulan lalu sebesar 8 miliar dollar AS.

"Ini sejalan dengan kenaikan harga komoditas dan permintaan eksternal dari China, AS, san Asean. Pada tahun 2020, defisit transaksi berjalan diperkirakan sekitar 0,5 persen dari PDB, atau lebih rendah dari perkiraan sebelumnya," ungkap Perry.

Indikator lainnya adalah terus berlanjutnya aliran modal asing yang masuk ke pasar domestik. Investasi portofolio mencatat aliran masuk sebesar 2,1 miliar dollar AS pada kuartal IV 2020, berbalik arah dari kuartal sebelumnya yang mencatat aliran keluar sebesar 1,7 miliar dollar AS.

Aliran ini terus berlanjut hingga awal tahun 2021. Perry melaporkan, hingga 19 Januari 2021, aliran modal asing yang masuk mencapai 5,1 miliar dollar AS, termasuk dari penerbitan obligasi global oleh pemerintah.

Baca juga: Survei: Suku Bunga KPR Jadi Pertimbangan Utama dalam Membeli Rumah

"Hal ini membuat cadangan devisa pada akhir 2020 sangat tinggi, mencapai 135,9 miliar dollar AS setara dengan pembiayaan 10,2 bulan impor atau 9,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah," jelas Perry.

Lalu, nilai tukar rupiah yang terus menguat.

Hingga tanggal 20 Januari 2021, mata uang garuda itu meningkat 0,77 persen secara rerata dan 0,14 persen secara point to poin dibanding Desember 2020.

Terakhir, angka inflasi rendah sejalan dengan permintaan yang belum kuat dan pasokan memadai yang memadai.

Pada akhir 2020, inflasi tercatat hanya 1,68 persen (yoy) berada di bawah kisaran sasaran 3 plus minus 1 persen.

Baca juga: Joe Biden Resmi Jadi Presiden AS, Sri Mulyani Harap Bisa Beri Kepastian Ekonomi Global

Angka inflasi dipengaruhi oleh inflasi inti (core inflation) sebesar 1,6 persen (yoy).

Sementara harga yang diatur pemerintah (administered prices) sebesar 0,25 persen (yoy), dan harga bergejolak (volatile foods) sebesar 3,26 persen (yoy).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com