Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soroti Kinerja TKDD Papua, Sri Mulyani: Anggaran Terbesar, Capaian Minim

Kompas.com - 26/01/2021, 18:09 WIB
Mutia Fauzia,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan capaian pembangunan di wilayah Papua dan Papua Barat yang cenderung rendah bila dibandingkan dengan wilayah lain.

Padahal, anggaran transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) kedua wilayah tersebut merupakan yang terbesar bila dibanding provinsi lain.

Bahkan, jumlahnya paling tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya.

Baca juga: Sri Mulyani Ungkap Kelemahan Tata Kelola Keuangan Papua dan Papua Barat

Ditambah lagi, pemerintah juga mengalokasikan anggaran dalam bentuk dana otonomi khusus (otsus) dan dana infrastruktur untuk Papua.

Bila dilihat dari TKDD per kapita, atau per kepala keluarga di Papua, maka untuk Provinsi Papua Barat besarannya yakni Rp 14,7 juta.

Sementara untuk Provinsi Papua sebesar Rp 10,2 juta per kepala setiap tahun.

“Rata-rata nasional hanya Rp 3 juta per kepala. Ini gambarkan bahwa Papua dapatkan pemihakan yang cukup signifikan dibandingkan provinsi lainnya,” kata Sri Mulyani ketika melakukan rapat kerja dengan Komite IV DPD RI, Selasa (26/1/2021).

Sri Mulyani merinci, untuk provinsi lain di Timur Indonesia, seperti Maluku hanya mendapatkan Rp 7,1 juta dan NTT Rp 4,2 juta per kepala.

Baca juga: Komoditas Apa yang Paling Banyak Diekspor dari Tanah Papua?

Sementara untu Aceh besaran TKDD yang diterima Rp 6,4 juta dan Kalimantan Timur Rp 4,9 juta per kepala.

Tingginya TKDD tersebut nyatanya tidak sesuai dengan capaian yang diharapkan. Sehingga gap antara Papua dan daerah lainnya masih tinggi.

Hasil yang tidak memuaskan pertama bisa terlihat dari pendidikan di Papua, masih banyak anak yang buta huruf.

“Dari kesenjanggan tingkat buta huruf dan angka partisipan murid berapa banyak anak anak usia sekolah harusnya bersekolah. Kita lihat selama 10 tahun terakhir memang terjadi kemajuan, namun gap masih sangat tinggi. Tingkat buta huruf di Papua tahun 2011 36 persen dibandingkan rata rata nasional sekitar tujuh persen hingga delapan persen,” jelas Sri Mulyani.

Baca juga: Selatan Papua Jadi Rute Angkutan Barang Tol Laut

Untuk Papua Barat, tingkat buta huruf masih sedikit lebih baik dari rata-rata nasional.

Namun demikian, di wilayah tersebut angka partisipasi sekolah untuk anak usia sekolah tak mengalami pertumbuhan sejak tahun 2014.

Tingkat partisipasi anak sekolah hanya 79,3 persen.

Dari sisi tingkat harapan hidup pun di Papua cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata nasional.

Baca juga: Pertamina Heran Minyak Tanah di Papua dan Maluku Selalu Langka Setiap Awal Tahun

"Tingkat harapan hidup di Papua, ada 64 tahun tahun 2010 bandingkan rata rata nasional 70 tahun. Artinya jika orang harapan hidupnya makin panjang itu berarti realtif lebih baik kondisi kualitas SDM bahkan di kaltim capai 73 tahun," jelas Sri Mulyani.

"Dan sepanjang satu dekade terjadi improvement atau perbaikan. Kalau nasional dari 70 tahun mendekati 72 tahun, Papua juga alami perbaikan dari 64 tahun menjadi mendekati 66 tahun," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com