Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stabilkan Harga Telur Ayam yang Anjlok, Ini yang Dilakukan Kementan

Kompas.com - 29/01/2021, 10:19 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga telur ayam mengalami penurunan sejak awal tahun disebabkan pasokan yang melimpah namun daya serap pasar yang rendah. Kondisi ini pun banyak dikeluhkan peternak.

Menurut data Asosiasi Peternak Layer Nasional harga telur ayam di tingkat peternak saat ini Rp 16.000-Rp 17.000 per kilogram secara nasional. Jauh di bawah harga yang dipatok pemerintah sebesar Rp 19.000-Rp 21.000 per kilogram dalam Permendag Nomor 7 Tahun 2020.

Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan penurunan harga telur ayam terus berlanjut hingga akhir Februari 2021. Hal itu tercermin dari necara bulanan yang memprediksi telur suprlus hingga 38.136 ton.

Baca juga: Ini Kata Peternak soal Penyebab Anjloknya Harga Telur Ayam

"Untuk itu perlu segera diambil tindakan agar harga telur ini tidak merugikan peternak," ujar Kepala Bidang Harga Pangan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan Inti Pertiwi kepada Kompas.com, dikutip Jumat (29/1/2021).

Ia menyatakan, pemerintah mengambil sejumlah langkah untuk menstabilisasi harga telur ayam. Pertama, membantu melakukan penyerapan telur dengan harga pembelian pemerintah (HPP) di sentra-sentra produksi yang harganya saat ini sedang jatuh.

"Kementan sedang melakukan gerakan bela beli telur peternak," imbuhnya.

Setelah diserap pemerintah, lanjut Inti, telur pun didistribusikan dari wilayah sentra ke konsumen, khususnya ke wilayah yang memiliki permintaan cukup tinggi terhadap telur. Kementan turut mengawasi proses distribusi agar berjalan lancar.

"Yang terpenting memastikan tidak ada permasalahan dalam penetapan harga jual oleh pedagang, artinya tidak boleh ada tindakan pedagang yang menekan harga telur yang dapat merugikan peternak," ucap dia.

Inti menambahkan, pada dasarnya Kementan telah memiliki rencana kerja untuk menjaga stabilisasi harga pangan prioritas pada tahun ini, khususnya terkait perunggasan.

Di antaranya dengan menerapkan HPP di tingkat peternak. Artinya jika harga telur dibawah HPP, pemerintah akan bergerak untuk menyerap komoditas tersebut sesuai HPP.

"Ini bisa dengan menugaskan kepada BUMN pangan untuk melakukan penyerapan," kata dia.

Selain itu, Kementan melakukan penghitungan kebutuhan dan produksi sepanjang tahun. Hal ini sebagai antisipasi terjadinya surplus atau defisit yang terlalu besar pada komoditas tersebut.

Sebab kondisi surplus dan defisit bisa mengakibatkan gejolak harga yakni menjadi terlalu tinggi di konsumen atau terlalu rendah di peternak.

"Kami juga memetakan sumber-sumber produksi, seperti telur, serta memastikan kelancaran distribusinya," pungkas Inti.

Mengutip data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional per 28 Januari 2021, rata-rata harga jual telur di tingkat konsumen mencapai Rp 25.750 per kilogram secara nasional.

Namun harga telur di sejumlah wilayah terpantau berada bawah rata-rata nasional. Seperti di DKI Jakarta harga telur kini Rp 22.850 per kilogram, Jawa Barat Rp 21.950 per kilogram, dan Jawa Timur Rp 20.450 per kilogram.

Selain itu, seperti di Lampung kini harga telur Rp 22.000 per kilogram, Jambi Rp 22.750 per kilogram, dan Sulawesi Barat 23.000 per kilogram.

Adapun dalam Permendag Nomor 7 Tahun 2020 harga acuan penjualan telur di tingkat konsumen dipatok Rp 24.000 per kilogram.

Baca juga: Kementan Prediksi Harga Telur Ayam Bakal Turun hingga Akhir Februari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com