Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kontributor

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Lebih Banyak, Masalah yang Dilihat Susi Pudjiastuti

Kompas.com - 29/01/2021, 11:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAMPAI saat ini, ketika artikel ini saya tulis, belum pernah saya kontak langsung (empat mata) dengan Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan 2014 - 2019. Kontak lewat dunia maya terjadi setelah menjelang akhir 2020 lalu saya menulis artikel berjudu “Yth Bapak Presiden ”.

Ketika itu, Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho (Inu) mengatakan kepada saya Bu Susi Pudjiastuti tanya tentang buku yang saya kutip untuk tulisan saya di Kompas.com.

Kemudian lewat WhatsApp (WA) saya kontak Susi Pudjiastuti dan mengirimkan artikel berjudul Yth Bapak Presiden tersebut. Beliau hanya menjawab :”Artikel bagus Pak.” Hanya itu kontak saya lewat dunia maya akhir tahun lalu.

Ketika nama Susi Pudjiastuti tidak masuk lagi dalam susunan kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo periode kedua, WA saya dipenuhi pesan dari teman-teman yang menyatakan penyesalan mereka.

Baca juga: Cerita Susi Pudjiastuti Blokir Twitter Sandiaga Uno

Beberapa cerita kecil bernada jenaka (canda, kelakar) tentang mantan menteri perempuan dari Pangandaran, Jawa Barat, ini saya dengar dan catat dalam benak saya hingga kini. Pertama saya dengar dari Wakil Presiden (2004 - 2009 dan 20014 -2019), Jusuf Kalla.

Cerita JK di kediamannya di Jalan Dharma Wangsa, Jakarta, menjelang akhir 2014 ini sengaja tidak saya tulis dalam artikel saya ini.

Kemudian dari sahabat saya, Teten Masduki atau Kang Teten (sekarang menteri koperasi, usaha kecil dan menengah). Awal tahun 2015, Kang Teten dalam suatu pertemuan kecil dan santai menceritakan suasana canda santai antara Presiden Jokowi dan Wapres JK dalam sidang kabinet.

Menurut Kang Teten hal yang dibicarakan secara santai itu adalah tato Susi Pudjiastuti yang waktu itu juga hadir dalam pertemuan menteri itu. Rincian cerita Kang Teten juga sengaja tidak saya tulis di sini.

Ada lagi catatan yang saya simpan di hati tentang cerita jenaka tentang Susi Pudjiastuti. Puan Maharani, ketika masih menjabat menteri koordinator bidang pembangunan manusia dan kebudayaan, pernah bercerita ketika dalam suatu acara, Susi tiba-tiba menceburkan diri ke air (kalau tidak salah di pantai). Lalu Puan bertanya, “Kenapa sih Tante Susi nyebur.” “Beliau bilang kebelet pis (kencing),” cerita Puan.

Bahasa Inggris, Jawa, dan Sunda

Saat ini di youtube sedang tayang wawancara Inu dengan Susi Pudjiastuti. Saya catat beberapa hal menarik percakapan santai antara Inu dan Susi di wilayah pantai Pangandaran ini .

Percakapan kadang-kadang diselingi dengan deru pesawat terbang yang melintas di atas mereka. Susi pun sempat mendongak ke atas langit sambil berseru :”daaag”.

Dalam percakapan ini Susi banya menggunakan bahasa Inggris dengan aksen Pangandaran.
Ketika saya tanya lewat pesan WA hari Rabu, 27 Januari 2021,  perempuan hebat ini mengatakan dengan polos dan lugu,”Harusnya bahasa Indonesia lebih banyak, tapi kalau santai ya begitu saya.”

“Di Pangandaran, terbiasa pakai bahasa Sunda, Jawa ,dan Inggris. Bahasa Indonesianya, jarang dipakai, “ kata Susi yang kini lebih banyak tinggal di tempat tinggalnya di Pangandaraan.

Di masa pandemi ini, ia mengaku lebih banyak tinggal di rumahnya di Pangandaran, seminggu sekali atau dua kali ke Jakarta.

Masa pandemi ini, sebagian dia lihat secara positif dan tenang. Ia menikmati rumah, berkumpul keluarga, membersihkan rumah, sofa, memelihara kembali tanaman-tanaman di pot, minum kopi dan mandi di bak rumah yang lebih besar bak mandi di rumah menteri di Jakarta.

Katanya, ia bisa mengenal kembali masyarakat sekitar dia tinggal, bisa bisa merenung dan tahu letak lokasi gunting tulang ikannya disimpan.

Dengan gaya kalem dan tenang (ini yang saya suka dengan gaya Inu mewawancarai orang), membawa Susi lebih banyak berefleksi tentang kehidupan ini.

Berkaitan dengan tindakan pemerintah menghadapi pandemi covid-19 ini, Susi dengan gayanya ceplas-ceplos menekankan bahwa kalau di awal menangani masalah ini melakukan kesalahan atau nampak “gagu” atau pengelolaan kurang baik, maka hal itu “wajar saja”.

Perlu mengaku salah

Tetapi katanya, hal ini perlu diakui oleh para pejabat terkait dan tidak perlu harus berusaha untuk menutupinya, perlu minta maaf terbuka, dipublikasi. “Kalau kita salah, mengaku salah, orang, orang tidak akan kehilangan kepercayaan,” ujar Susi.

Hari Rabu, 27 Januari 2021, saya kirim pesan WA ke Susi. “Saya senang Bu Susi bilang, perlu minta maaf pada publik bila kita melakukan kesalahan”.

“Memang betul kok.....masyarakat kita sangat baik dan pemaaf, memaafkan,” jawab Susi.

Ini mengingatkan saya (penulis) tentang pejabat yang diberi tugas menurunkan angka kematian dan penularan akibat terpapar virus corona di beberapa wilayah.

Ketika ditanya tentang hal ini, yang berkaitan menyombongkan diri. “Saya adalah manajer terbaik,” begitu ucap pejabat itu ketika ditanya wartawan. Tentang hasil penugasan itu kita tahu semua tapi yang berkaitan diam seribu basa.

Baca juga: Susi Pusjiastuti: Sekolah Terlalu Mudah...

Kembali ke pertanyaan Inu dalam wawancaranya kepada Susi. Apa kecemasan Susi saat ini. “Mungkin kecemasan saya melebihi banyak orang,” ujarnya.

“Karena tahunya lebih banyak,” tukas Inu yang pernah menjadi wartawan di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004 - 2014).

“Ya”, jawab Susi. “Saya antara lain cemas melihat pembangunan di Pangandaraan, banyak muncul ruko-ruko,” ujarnya.

Sering Susi ditanya wartawan apakah tidak ingin jadi presiden RI? 

Mungkin pertanyaan itu sudah membosankan Susi.

Suatu hari di kampungnya di Pangandaran, Rabu, 9 Desember 2020, ketika ia ikut mencoblos dalam pemilihan kepada daerah, pertanyaan itu muncul lagi.

"Tidak ingin jadi menteri lagi? "tanya wartawan.

"Tidaklah," jawabnya.

“Jadi presiden Bu?” tanya wartawan lagi.

“Dari partai ikan? Wartawan inih,” jawabnya.

Saya jadi ingat dalam pertemuan dengan sejumlah pejabat tinggi, di Jakarta Selatan, muncul informasi beberapa pejabat sudah bikin tim untuk pencalonan presiden 2024.

Mereka lupa negeri ini sedang hadapi pandemi sampai satu juta terpapar.

Baca juga: Nasib Cantrang: Dilarang Susi, Dilegalkan Edhy, Digantung Trenggono

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Whats New
KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Earn Smart
Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Whats New
Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Whats New
Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Whats New
Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Whats New
Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Whats New
Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Whats New
Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Whats New
Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Whats New
Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Whats New
Soal Wajib Sertifikat Halal di Oktober, Kemenkop-UKM Minta Kemenag Permudah Layanan untuk UMKM

Soal Wajib Sertifikat Halal di Oktober, Kemenkop-UKM Minta Kemenag Permudah Layanan untuk UMKM

Whats New
Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Kerja Sama dengan Israel

Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Kerja Sama dengan Israel

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com