Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

250 Hektar Sawah di Kawasan Food Estate Pulang Pisau Siap Panen Raya

Kompas.com - 31/01/2021, 16:48 WIB
Nana Triana,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kepala Badalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) Syamsuddin mengatakan, Pengembangan food estate di kawasan Center of Excellent Pulang Pisau, Kalteng, menunjukan hasil positif.

“Saat ini, Kami sedang mempersiapkan panen raya yang direncanakan pada Minggu pertama Februari, sekitar 200 sampai 250 hektar (ha),” kata Syamsuddin melalui keterangan pers yang diterima Kompas.com, Minggu (31/1/2021).

Lebih lanjut, Syamsuddin menegaskan, pihaknya pun sudah melihat kondisi lahan dan pertanaman, sehingga memang benar-benar siap dilakukan dalam waktu dekat.

Mengenai hasil panen, Syamsuddin menyampaikkan, produktivitas yang diperoleh sangat beragam. Namun, pada prinispnya, produksi yang dihasilkan sekitar 4-6 ton per ha.

“Semua itu berdasarkan pengakuan riil para petani yang telah melakukan panen maupun dari wujud tanaman di lapangan,” ungkapnya.

Baca juga: Kementan Pastikan Stok dan Distribusi Pupuk Bersubsidi Aman

Seperti hasil panen padi milik Taufik yang berasal dari Poktan Karya Makmur, Desa Belanti Siam, cotohnya.

Dilaporkan, Taufik memperoleh peningkatan hasil signifikan setelah menanam padi inpari 42. Bahkan, ia bisa menghasilkan 6,4 ton padi per ha dan siap dijadikan benih kembali.

Sama halnya dengan lahan padi milik Wasis Daryanto dari Kelompok Tani Rukun Santoso di Desa Belanti Siam, Kabupaten Pulang Pisau.

Ia menuturkan, berkat program food estate, dirinya berhasil meningkatkan produktivitas panen. Saat ini, lahannya telah panen di blok Rey 6 dan menghasilkan 5,6 ton padi per ha.

Namun, keberhasilan tersebut bukan tanpa kendala. Syamsudin bercerita, munculnya angin kencang di kawasan Pulang Pisau menyebabkan banyak tanaman roboh.

"Kenapa bisa roboh, ini juga turut dipengaruhi faktor kebiasaan petani. Mereka tidak melakukan tanam pindah. Kami merekomendasikan tanam pindah, namun kebiasaan petani adalah tanam tabur atau dilarik," jelas Syamsudin.

Baca juga: Stabilkan Harga Telur Ayam yang Anjlok, Ini yang Dilakukan Kementan

Syamsudin menambahkan, model tanam tabur atau larikan, jika dilihat dari segi kekokohan akar, tidak sekuat model tanam pindah.

Hal itu telah disampaikan salah satu ketua kelompok tani di lapangan. Ia mengakui, tanaman model tanam pindah lebih kuat dalam menghadai terjangan angin kencang.

"Soal tanaman roboh, sebagian petani umumnya memanen dengan kondisi seadanya, atau tanaman dalam kondisi hijau, dan belum matang maksimal atau matang fungsional, berada di 85 hingga 95 persen," papar Syamsuddin.

Dengan kondisi tersebut, imbuh dia, hasil dari gabah tidak akan maksimal karena berada pada posisi hampa atau ringan saat dikeringkan, dan secara langsung akan menurunkan nilai timbang atau produktivitasnya.

Maksimalkan potensi lahan

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, pihaknya akan memaksimalkan semua potensi yang ada untuk segera mencetuskan mekanisme penanaman lahan kembali.

"Setelah dilakukan panen raya nanti, gunakan semua kekuatan untuk bisa menanam lagi dengan baik, sehingga 100 hari kemudian diharapkan bisa panen kembali," ujar Mentan Syahrul Yasin Limpo, Minggu (31/1/2020).

Baca juga: Hindari Risiko Kerugian akibat Banjir, Kementan Ajak Petani Manfaatkan Asuransi Pertanian

Syahrul juga menjelaskan, program tersebut merupakan proyek percontohan nasional, sebagaimana arahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Menurutnya, program ini dipersiapkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, di antaranya dengan pengembangan berbagai komoditas, mekanisasi, pemberdayaan petani, hingga industri pengolahan.

"Meski demikian, manusia tetap menjadi bagian dari kekuatan yang ada, terutama masyarakat setempat. Saya minta harus off farm-nya, itu artinya industri pengolahannya. RMU misalnya, meningkatkan industri-industri yang mampu dipasarkan, baik secara marketplace, pasar tradisional, serta ekspor," tuturnya.

Terpisah, Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Sarwo Edhy menyampaikan bahwa pengembangan lahan rawa sebagai lahan pangan masa kini dan masa depan dinilai sangat prospektif dan strategis.

"Ini berguna untuk mendukung ketahanan pangan, mengingat pertambahan jumlah penduduk yang sangat cepat disatu sisi lahan pertanian banyak yang beralih fungsi," ujarnya.

Saat ini, sambung Sarwo, kontribusi produksi pertanian lahan rawa pada pangsa produksi pangan nasional masih rendah karena terkendala kondisi lahan yang masih marjinal, tata kelola air yang perlu diperbaiki, budaya lokal, serta keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang akan mengelola lahan pertanian.

Baca juga: Ada Beras Impor Masuk Pasar, Kementan: Bukan Rekomendasi Kami

“Maka pengembangan kawasan tanaman pangan skala luas (food estate) di lahan rawa Kalteng merupakan upaya terobosan peningkatan produksi pangan dan stok cadangan pangan nasional terutama untuk mengantisipasi dampak pandemi Covid-19.” papar Sarwo.

Sebagai informasi, pengembangan kawasan food estate di Lahan Rawa Kalteng dilaksanakan pada pengembangan komoditas utama (padi) melalui pola intensifikasi dan ekstensifikasi lahan.

Pengembangan ini sejalan dengan pengembangan komoditas pendukung hortikultura, peternakan, dan perkebunan pada area food estate.

Selain itu, pengembangan didasarkan pula pada pilot percontohan pengembangan pertanian modern. Dalam hal ini, penguatan kelembagaan tani diharapkan dapat mendukung pengembangan sistem pengelolaan hulu sampai hilir berbasiskan koorporasi petani.

“Dukungan dari lintas kementerian atau lembaga terkait berupa kebijakan pengembangan infrastruktur, penyiapan SDM di lokasi, serta pengelolaan dan pemasaran hasil, sangat diperlukan dalam pengembangan food estate ini," katanya.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Terkini Lainnya

Menteri KP Sebut Hasil Penambangan Pasir Laut Bukan untuk Diekspor

Menteri KP Sebut Hasil Penambangan Pasir Laut Bukan untuk Diekspor

Whats New
Soal Penundaan Pembatasan Barang Bawaan dari Luar Negeri, Bea Cukai: Harus Diatur Kembali oleh Mendag

Soal Penundaan Pembatasan Barang Bawaan dari Luar Negeri, Bea Cukai: Harus Diatur Kembali oleh Mendag

Whats New
Apindo Imbau Pengusaha Bayar THR 2024 Tepat Waktu

Apindo Imbau Pengusaha Bayar THR 2024 Tepat Waktu

Whats New
Harga Bahan Pokok Selasa 19 Maret 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Harga Bahan Pokok Selasa 19 Maret 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Whats New
Pengusaha Telat Bayar THR, Siap-siap Kena Denda

Pengusaha Telat Bayar THR, Siap-siap Kena Denda

Whats New
Satgas UU Cipta Kerja Gelar Workshop Besama Ikatan Pengusaha Wanita di Hari Perempuan Internasional

Satgas UU Cipta Kerja Gelar Workshop Besama Ikatan Pengusaha Wanita di Hari Perempuan Internasional

Whats New
Sri Mulyani Laporkan Dugaan Fraud Rp 2,5 Triliun, LPEI Buka Suara

Sri Mulyani Laporkan Dugaan Fraud Rp 2,5 Triliun, LPEI Buka Suara

Whats New
Sepanjang Ramadhan, Stok Batu Bara untuk Pembangkit Listrik Dipastikan Aman

Sepanjang Ramadhan, Stok Batu Bara untuk Pembangkit Listrik Dipastikan Aman

Whats New
Ramai Aturan Baru soal Pembatasan Barang Bawaan Penumpang: Gampang Kok

Ramai Aturan Baru soal Pembatasan Barang Bawaan Penumpang: Gampang Kok

Whats New
Tingkatkan Kualitas Pelayanan, PLN UID Jakarta Raya Gelar Pelatihan Bersama Kompas.com

Tingkatkan Kualitas Pelayanan, PLN UID Jakarta Raya Gelar Pelatihan Bersama Kompas.com

Whats New
Dapat THR, Bayar Utang atau Ditabung?

Dapat THR, Bayar Utang atau Ditabung?

Earn Smart
Literasi Keuangan yang Terlupakan

Literasi Keuangan yang Terlupakan

Whats New
Naik Rp 6.000, Ini Rincian Harga Emas Antam 19 Maret 2024

Naik Rp 6.000, Ini Rincian Harga Emas Antam 19 Maret 2024

Whats New
Raih Keuntungan Berlipat Saat Ramadhan, Ini 6 Jurus Jitu Dongkrak Penjualan di Lazada

Raih Keuntungan Berlipat Saat Ramadhan, Ini 6 Jurus Jitu Dongkrak Penjualan di Lazada

BrandzView
Imbau Perusahaan Berikan THR ke Ojol dan Kurir Logistik, Kemenaker: Kami Sudah Berkomunikasi dengan Direksi

Imbau Perusahaan Berikan THR ke Ojol dan Kurir Logistik, Kemenaker: Kami Sudah Berkomunikasi dengan Direksi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com