Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Sentimen Bakal Bayangi Pergerakan IHSG Sepekan ke Depan, Apa Saja?

Kompas.com - 01/02/2021, 09:10 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sepekan diperkirakan akan banyak dipengaruhi oleh sentimen negatif. Hal ini berpeluang mendorong IHSG bergerak melemah di awal pekan, namun diprediksi akan rebound pada akhir pekan.

Berdasarkan analisis Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee, ada 8 sentimen negatif yang akan membayangi pergerakan IHSG dalam 7 hari mendatang.

Pertama, terkait dengan stimulus fiskal AS yang diusulkan Biden. Meskipun stimulus jumbo ini sudah dapat disetujui, namun nyatanya masih terhambat.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan saat ini dirinya sedang menyusun ulang proposal bantuan Covid-19 senilai 1,9 triliun dollar AS karena pemerintah mengejar kesepakatan bipartisan.

Memang ada peluang menempuh jalur khusus dengan pengambilan suara dan mengandalkan suara Partai Demokrat.

Baca juga: Bank Syariah Indonesia Resmi Beroperasi Hari Ini, Bagaimana Prospek ke Depan?

Politisi dari Partai Republik dari awal telah menolak jumlah stimulus fiskal usulan Biden karena menilainya terlalu besar dan terlalu cepat setelah paket senilai 900 miliar dollar AS bulan lalu.

Beberapa anggota parlemen Partai Demokrat juga ikut mempertanyakan dasar dari besaran yang diajukan.

“Hal ini membuat potensi tertundanya paket stimulus fiskal Biden empat sampai enam pekan ke depan. Ini menjadi salah satu sentimen negative di pasar. Perkembangan stimulus fiskal akan sangat dicermati pelaku pasar,” kata Hans dalam analisisnya, Minggu (31/1/2021).

Sentimen kedua, persaingan investor ritel dengan hedge fund menjadi hiruk pikuk di pasar Wall Street selama sepekan terakhir. Investor ritel yang terorganisir melalui forum online Reddit, telah memaksa hedge fund membalikkan posisi short dan menderita kerugian.

Hedge fund yang menderita kerugian terpaksa mengurangi kepemilikan ekuitasnya untuk mengumpulkan dana tunai. Inilah yang membuat tekanan jual pada bursa Wall Street. Beberapa saham seperti GameStop dan AMC Entertainment telah naik tajam dalam waktu pendek dan menjauhi nilai fundamentalnya.

“Saham ini dianggap naik tidak masuk akal akibat aksi beli investor ritel. Panasnya persaingan investor ritel dan hedge fund berpotensi menyebabkan pasar saham AS menjadi lebih berfluktuasi dan cenderung tertekan turun,” jelas Hans.

Selanjutnya, ekonomi Amerika pada kuartal empat tahun 2020 tercatat tumbuh 4 persen. Pertumbuhan ini melambat dibandingkan dengan kuartal tiga yang tumbuh 33,4 persen.

Baca juga: Sebagian Besar KKKS Lampaui Target Produksi Minyak dan Gas Pada 2020

 

Data pertumbuhan ini sedikit di bawah ekspektasi Wall Street di level 4,3 persen. Dengan pertumbuhan tersebut maka di sepanjang tahun 2020 ekonomi Amerika terkontraksi -3.5 persen.

Kontraksi perekonomian Amerika Serikat merupakan yang tertajam sejak Perang Dunia Kedua. Perekonomi tahun 2020, dipengaruhi pandemi Covid-19 yang menghancurkan bisnis jasa, seperti restoran dan maskapai penerbangan. Pandemi juga membuat jutaan orang Amerika kehilangan pekerjaan dan jatuh miskin.

“Solusi yang diberikan IMF adalah mendorong negara maju untuk memiliki tingkat utang publik yang jauh lebih tinggi setelah krisis pandemi Covid-19. Kepastian kebijakan fiskal AS menjadi sangat penting bagai perekonomian dan pasar saham,” jelas dia.

Ke empat, Hasil rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 0-0,25 persen. The Fed berkomitmen tetap menjalankan program pembelian obligasi (quantitative easing) sampai ekonomi dan pasar tenaga kerja betul-betul pulih dari dampak pandemi virus Corona.

Saat ini The Fed membeli obligasi pemerintah AS sebanyak 80 miliar dollar AS per bulan dan aset beragun kredit properti (mortgage-based securities) 40 miliar dollar AS. The Fed tidak memberikan indikasi akan dilakukan tapering atau pengurangan quantitative easing.

The Fed memberikan komentar outlook ekonomi yang suram karena perlambatan pemulihan ekonomi. Pemulihan ekonomi sangat tergantung pada peluncuran vaksin, tetapi saat ini pelaksanaan vaksin Covid-19 terlihat lambat di berbagai negara.

Sentimen ke lima, otoritas pengawasan obat Eropa telah menyetujui vaksin hasil kerja sama AstraZeneca dan Oxford University's untuk penduduk berusia 18 tahun. Ini merupakan vaksin ketiga yang akan diizinkan untuk digunakan di Eropa selain Pfizer dan Moderna.

Saat ini Eropa sangat membutuhkan lebih banyak vaksin untuk mempercepat program vaksinasinya. Tetapi AstraZeneca, Pfizer, dan Moderna menghadapi kesulitan mengirimkan vaksin ke Uni Eropa.

Hans menilai masalah pasokan dan distribusi vaksin Covid-19 mungkin akan terjadi di banyak negara. Masalah ini membuat Vaksin mungkin tidak akan efektif dalam dua sampai tiga bulan kedepan. Hal ini memaksa banyak negara melakukan lockdown ketat untuk mencegah penularan virus yang berpotensi merusak pemulihan ekonomi.

Sementara itu, vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson efektif 72 persen dalam mencegah Covid-19 di Amerika Serikat. Tetapi hanya 66 persen efektif dalam uji klinis global yang dilakukan di tiga benua dan terhadap berbagai varian baru Covid-19.

Baca juga: Mengenal Investasi Sukuk: Definisi, Keuntungan, dan Cara Membelinya

“Hasil ini mengecewakan dan mebuat pasar Wall Street tertekan turun. Ada banyak harapan untuk vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson untuk menghadapi pandemi Covid-19,” tambahnya.

Di sisi lain perusahaan bioteknologi Novavax yang bermarkas di Gaithersburg, Maryland, AS, melaporkan bahwa vaksin virus Covid-19 produksinya efektif 89,3 persen dalam mencegah Covid-19 dalam uji klinis fase tiga yang dilakukan di Inggris.

Hasil ini memang lebih rendah dibandingkan dengan dua vaksin corona dari Pfizer/BioNTech dan Moderna, yang efekstif 95 persen dan 94,5 persen dalam mencegah gejala penyakit dalam uji klinis yang diberikan dalam dua dosis. Perkembangan vaksin sangat mempengaruhi pasar keuangan global.

International Monetary Fund (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021. Dalam World Economic Outlook Update: January 2021, IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini sebesar 4,8 persen.

Proyeksi ini lebih rendah 1,3 persen bila dibandingkan dengan estimasi IMF pada Oktober 2020 yang memperkirakan ekonom Indonesia dapat tumbuh 6,1 persen. Sementara Bank Dunia juga merevisi turun 0,2 persen pertumbuhan PDB RI di tahun 2021 menjadi 4,4 persen.

“Kami pikir revisi turunnya pertumbuhan ekonomi di tahun 2021 akan dialami banyak negara, akibat naiknya kasus Covid-19. Vaksin nampaknya butuh 2 sampai 3 bulan baru efektif sehingga memaksa banyak negara melakukan pembatasan sosial yang ketat. Hal ini berdampak pada turunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi dan menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan,” jelas Hans.

Terkahir, dari dalam negeri, pelaksanaan vaksinasi cenderung lebih lambat dari target. Saat ini ada 250.000 nakes telah divaksin dari target 1,3 juta nakes. Jumlah pelaksanaan vaksin harian 50.000 orang perhari dibawah target 900.000 orang per hari.

Bila pemerintah mengejar target 70 persen populasi di vaksin Covid 19 untuk membentuk herd immunity dalam satu tahun, maka minimal 518 ribu orang divaksin perhari diseluruh Indonesia.

“Ketersediaan vaksin dan distribusi di negara kepulauan seperti Indonesia tentu akan menjadi masalah. Harusnya pihak swasta dilibatkan dalam program vaksin Nasional untuk mempercepat dan mengurangi beban pemerintah. Apalagi kasus Covid-19 di Indonesia terlihat masih terus naik dan pekan lalu berhasil menembus angka 1 juta,” jelas dia.

Hans mengatakan, dalam sepekan IHSG diperkirakan bergerak dengan support di level 5,563 sampai 5,700 dan resistance di level 6,068 sampai 6,154.

“Sebaiknya tidak panik jual tetapi mulai akumulasi saham-saham yang berfundametal baik dan telah melemah banyak,” imbau dia.


Disclaimer: Artikel ini dibuat dengan tujuan bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com