Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca-merger, BSI Jadi Tulang Punggung Pertumbuhan Industri Keuangan Syariah

Kompas.com - 01/02/2021, 11:30 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mimpi Indonesia memiliki bank syariah besar akhirnya terwujud dengan resmi dioperasikannya Bank Syariah Indonesia (BSI) hari ini, Senin (1/2/2021).

Siang ini sekitar pukul 13.30 WIB, Presiden RI Joko Widodo memimpin langsung launching BSI di Istana Negara.

Ada banyak harapan dan optimisme dari terbentuknya Bank Syariah Indonesia. Direktur Eksekutif Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Ventje Rahardjo menilai, kehadiran BSI dapat menjadi penggerak pengembangan ekonomi syariah.

Artinya bukan tak mungkin, BSI mampu memberikan dampak positif bagi Industri Keuangan Non Bank (IKNB) syariah di Tanah Air.

Baca juga: Harga Kedelai Impor Kian Mahal, Siap-siap Harga Tahu-Tempe Naik Lagi

"Saya berharap BSI dapat menjadi prime mover dalam pengembangan ekosistem ekonomi syariah serta jadi pengayom bagi pengembangan industri keuangan syariah," kata Ventje kepada Kompas.com, Senin (1/2/2021).

Ventje menuturkan, optimisme itu muncul karena BSI mempunyai customer base yang besar, produk yang lengkap, dan jaringan yang luas.

Pengaruh keberadaan BSI untuk asuransi umum syariah dan asuransi jiwa syariah akan sangat positif, mengingat BSI memiliki jaringan 1.200 kantor, 20.000 pegawai, dan 15 juta nasabah. Begitupun kuatnya permodalan untuk bisnisnya.

"Akan sangat positif, baik untuk asuransi jaminan, asuransi jiwa nasabah serta kebutuhan asuransi umum BSI sendiri," ungkap Ventje.

Tak hanya itu, kekuatan pendanaan serta jumlah nasabah juga akan mendukung kebutuhan pengembangan bisnis multifinance syariah dan menyediakan transaction banking services bagi bisnis P2P lending.

Oleh karena itu, BSI diharapkan konsisten ikut dalam pengembangan ekosistem halal yang sudah dirintis oleh bank-bank eksisting sebelum merger.

"Caranya melalui perkuatan kapabilitas dan eksposur pembiayaan wholesale baik di dalam dan luar negeri, serta melayani segmen UMKM dengan skema value-chain," sebut Ventje.

Baca juga: Berlaku Hari Ini, Pajak Pulsa untuk Distributor Besar, Bukan Pengecer dan Konsumen

Sebagai informasi, BSI yang digadang-gadang bakal menjadi Top 10 bank syariah global akan memiliki aset mencapai Rp 214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun pasca legal merger terlaksana.

Jumlah aset dan modal inti tersebut menempatkan Bank Hasil Penggabungan dalam daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, dan TOP 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar dalam 5 tahun ke depan.

Pasca-merger, komposisi pemegang saham pada BSI adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) 51,2 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) 25,0 persen, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 17,4 persen, DPLK BRI - Saham Syariah 2 persen dan publik 4,4 persen.

Struktur pemegang saham tersebut berdasarkan perhitungan valuasi dari masing-masing bank peserta penggabungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com