Selain itu, wanita yang akrab disapa Ani ini berharap, Bank Syariah Indonesia bisa menjadi institusi yang kompetitif dan memiliki kreativitas serta inovasi di dalam mengembangkan bisnisnya.
“Competitiveness harus direfleksikan dari biaya operasi yang bisa seefesien mungkin. Seluruh margin adalah untuk perbaikan dari perbankan itu sendiri dan dikembalikan manfaatnya bagi masyarakat,” ucap dia.
Diketahui, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) resmi beroperasi mulai hari ini, Senin (1/2/2021) usai melangsungkan mega merger dengan 3 bank syariah BUMN, yakni BRI Syariah, BNI Syariah, dan Mandiri Syariah.
BRI Syariah akan menjadi bank yang menerima penggabungan (survivor entity).
Baca juga: Menaker Sebut Bantuan Subsidi Gaji Tak Dialokasikan di APBN 2021
Pasca merger, komposisi pemegang saham pada BSI adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) 51,2 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) 25,0 persen, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 17,4 persen, DPLK BRI - Saham Syariah 2 persen dan publik 4,4 persen.
BSI yang digadang-gadang bakal menjadi Top 10 bank syariah global akan memiliki aset mencapai Rp 214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun pasca-legal merger terlaksana.
Jumlah aset dan modal inti tersebut menempatkan Bank Hasil Penggabungan dalam daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, dan TOP 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar dalam 5 tahun ke depan.
Baca juga: Memahami Cara Kerja Bank Syariah yang Diklaim Bebas Riba dan Halal
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.