Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Strategi BI Dukung Pembiayaan Dunia Usaha di 2021

Kompas.com - 01/02/2021, 19:25 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memiliki tiga strategi di bidang moneter dan makroprudensial yang mendukung peningkatan pembiayaan dunia usaha pada tahun 2021.

Adapun pembiayaan dunia usaha ini menjadi bagian dari paket kebijakan terpadu Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) guna mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional.

Di sektor moneter, BI akan melanjutkan stimulus kebijakan moneter seperti stabilisasi nilai tukar rupiah, menjaga tingkat suku bunga rendah, dan menetapkan likuiditas longgar.

Baca juga: Sampai Kapan BI Pertahankan Suku Bunga Rendah?

"Stabilitas nilai tukar rupiah sesuai mekanisme dan fundamental pasar terus menjadi perhatian utama BI, suku bunga rendah, dan likuiditas longgar akan terus dipertahankan sampai dengan terdapat tanda-tanda tekanan inflasi," kata Perry dalam konferensi virtual KSSK, Senin (1/2/2021).

Perry menuturkan, pihaknya bersama otoritas fiskal dalam hal ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bakal melanjutkan kesepakatan SKB dengan tanggal 16 April 2020.

SKB tersebut mengatur tentang skema dan mekanisme koordinasi pembelian SUN atau SBSN di pasar perdana untuk menjaga kesinambungan pengelolaan keuangan negara.

Selain itu, bank sentral juga mengembangkan instrumen derivatif jangka panjang antara lain berupa cross currency swab (CCS) dan interest rate swab (IRS).

Baca juga: Diminta BI Turunkan Suku Bunga, Ini Respons Bank Mandiri

Tujuannya untuk meningkatkan pengelolaan risiko sektor usaha melalui lindung nilai atas eksposur nilai tukar dan suku bunga dalam rangka mendukung fleksibilitas pembiayaan ekonomi dan infrastruktur jangka panjang.

"Untuk mendukung pengembangan sektor-sektor prioritas, BI juga terus mengoptimalkan transaksi valuta asing melalui skema local currency swab/LCS," ungkap Perry.

Sementara dari sisi makroprudensial, BI akan mendorong bank meningkatkan pembiayaan inklusif, yaitu kredit kepada UMKM, masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), dan kelompok subsistem melalui kebijakan rasio pembiayaan inklusif makroprudensial (RPIM).

Perbankan, kata Perry, bakal didorong untuk mendukung pemuliham ekonomi pada sektor prioritas melalui kebijakan rasio intermediasi makroprudensial sektoral (RIMS).

Baca juga: Viral Transaksi Pakai Dinar dan Dirham, BI: Cuma Rupiah Alat Pembayaran yang Sah di NKRI!

"BI juga akan melanjutkan kebijakan akomodatif makroprudensial dengan mempertahankan pelonggaran loan to value (LTV) untuk properti dan uang muka kredit kendaraan bermotor, termasuk properti dan kendaraan bermotor berwawasan lingkungan," papar Perry.

Lalu, di bidang sistem pembayaran, bank sentral akan mengarahkan kebijakan sistem pembayaran pada efisiensi transaksi, percepatan digitalisasi, serta pembentukan ekosistem ekonomi dan keuangan yang inklusif.

Di sisi efisiensi, BI melanjutkan penurunan tarif SKNBI dan sistem BI-RTGS serta melakukan review kebijakan harga atau pricing policy kartu kredit.

"Kebijakan elektronifikasi juga diperkuat melalui sinergi dengan pemerintah, otoritas terkait, serta industri, melalui perluasan fitur dan akselerasi merchant QRIS, elektronifikasi bantuan nontunai, serta elektronifikasi transaksi Pemda," pungkas Perry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com