JAKARTA, KOMPAS.com - Produsen mobil listrik, Tesla, mencatatkan keuntungan sepanjang tahun 2020, setelah tahun sebelumnya sempat merugi.
Dilansir dari Wall Street Journal, pada tahun lalu Tesla meraup keuntungan sebesar 721 juta dollar AS atau setara Rp 10,09 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per dollar AS).
Keuntungan tersebut sejalan dengan meningkatnya pendapatan penjualan mobil listrik, dari 24,6 miliar dollar AS pada 2019 menjadi 31,5 miliar dollar AS stau setara Rp 441 triliun.
Namun, ternyata penjualan mobil listrik bukan hanya menjadi satu-satunya sumber pendapatan utama perusahaan temuan Elon Musk itu.
Baca juga: Investasi Reksadana Anda Jeblok? Ini Penyebabnya
Pada tahun lalu, Tesla mendapatkan 1,6 miliar dollar AS atau setara Rp 22,4 triliun dari kebijakan kredit karbon yang diterapkan 11 negara bagian Amerika Serikat.
Kredit karbon merupakan kebijakan yang mewajibkan produsen mobil memproduksi mobil untuk menekan produksi emisi karbon dalam jumlah tertentu.
Apabila hal itu tidak dilakukan, produsen mobil dapat membeli sertifikat kredit karbon dari produsen mobil listrik, seperti Tesla.
“Tesla kehilangan uangnya dari penjualan mobil. Mereka menghasilkan uang dari menjual kredit karbon, dan kredit mulai hilang,” ujar Analis GLJ Research Gordon Johnson, dilansir dari CNN, Selasa (2/2/2021).
Meskipun demikian, Chief Financial Officer Tesla Zachary Kirkhorn mengatakan, pihaknya tidak dapat bergantung pada kredit karbon yang pergerakannya tidak stabil setiap tahunnya.
“Kredit karbon merupakan area yang sangat sulit kami prediksi,” ucapnya.
Baca juga: Saham BRIS Sempat Anjlok 6 Persen Pasca-Merger, Ada Apa?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.