JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) tengah melakukan transisi menuju energi baru terbarukan (EBT), seiring dengan akan turunnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) pada masa mendatang.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, permintaan dan konsumsi minyak dunia diperkirakan akan turun dari 110 juta barel per hari pada saat ini menjadi sekitar 65 - 73 juta barel per hari pada 2040.
Oleh karenanya, Pertamina akan mengantisipasi hal itu dengan menjalankan inisiatif strategis untuk pengembangan green energy sekaligus mendukung target pemerintah dalam pengembangan energi baru terbarukan.
Baca juga: Jack Ma Didepak dari Daftar Pengusaha oleh Pemerintah China
“Kami melihat bagaimana international oil company lain juga merespons ini. Intinya agenda untuk menurunkan gas rumah kaca, carbon emission, ini menjadi agenda dari seluruh oil company di seluruh dunia," ujar Nicke dalam keterangan tertulis, Selasa (2/2/2021).
Agenda strategi yang pertama ialah mengembangkan energi listrik dengan monetisasi aset panas bumi melalui Independent Power Producer (IPP) untuk mengembangkan 1,3 GW proyek panas bumi serta IPP berbasis surya di area dengan iradiasi matahari tinggi dan menjalin kemitraan strategis untuk pembuatan sel surya.
Namun, dalam jangka pendek Pertamina akan fokus dalam penerapan Solar PV di lingkungan Pertamina Group melalui sinergi antara subholding dan captive market di BUMN.
Kedua, lanjut Nicke adalah optimalisasi penggunaan energi ramah lingkungan untuk mobilitas di sektor transportasi dengan mendukung pemerintah melaksanakan mandatori Biodiesel 30 persen (B30), Green Refinery, dan Co Processing CPO.
Baca juga: Lion Parcel Layani Pengiriman Domestik FedEx di Indonesia
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.