JAKARTA, KOMPAS.com - Biaya pemasangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap atau panel surya yang dinilai masih cukup mahal, menjadi salah satu alasan banyak orang masih berpikir dua kali untuk menggunakan sumber listrik ramah lingkungan itu.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, rata-rata harga panel surya berkapasitas 1 kilowatt peak (kWp) berkisar Rp 15 juta hingga Rp 17 juta.
“Harga PLTS atap sangat bervariasi tergantung merek dan kualitas,” ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (2/2/2021).
Baca juga: Bio Farma Akan Langsung Olah Bahan Baku Vaksin dari Sinovac
Meskipun demikian, pengguna panel surya dengan sistem on grid atau terhubung sistem kelistrikan PT PLN (Persero) dapat balik modal dalam waktu beberapa tahun, dari penghematan tagihan yang diterima.
Dadan menjelaskan, panel surya berkapasitas 1 kWp dapat menghasilkan listrik sebesar 4 kilowatt hour (kWh) per harinya, sehingga dalam kurun waktu satu bulan listrik yang dihemat mencapai sekitar 120 kWh.
Jika diasumsikan tarif listrik sebesar Rp 1.444 per kWh, maka dalam kurun waktu satu bulan tagihan yang dihemat sebesar Rp 173.280, dan selama setahun sebesar Rp 2,09 juta.
“Biaya investasi akan kembali sekitar 7 tahun,” kata Dadan.
Lebih lanjut Dadan menyebutkan, saat ini rata-rata panel surya memiliki umur beroperasi hingga 25 tahun.
Baca juga: Ini Kronologi Korupsi Asabri yang Merugikan Negara Rp 23,7 Triliun
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.